Jakarta (ANTARA) - Mudik di masa Lebaran memang menjadi momen yang paling ditunggu oleh banyak orang. Bertemu dengan keluarga untuk melepas lelah dan rindu setelah lama bekerja di kota, merupakan waktu yang paling dinanti. Banyak orang berharap bisa merasakan kembali kehangatan berkumpul bersama keluarga seraya menyantap masakan dengan cita rasanya yang khas kampung halaman.

Namun demikian, untuk bisa tiba di kampung halaman dengan sehat dan selamat,  harus dipersiapkan stamina yang prima agar tetap sehat dan bugar.  

Persiapan pertama yang harus dipastikan betul-betul terpenuhi menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro, adalah kondisi kesehatan pemudik. Pemudik bisa menyiapkan kesehatannya jauh-jauh hari dengan rutin berolahraga ringan setidaknya 15 sampai 30 menit, supaya lebih segar selama berkendara.

Olahraga ringan harus diimbangi dengan pemenuhan gizi seimbang. Misalnya, banyak mengkonsumsi buah dan sayur untuk memenuhi serat dan mineral dalam tubuh. Pemenuhan karbohidrat melalui makan nasi, kentang atau roti dengan porsi cukup, dan tidak lupa memakan telur, ikan atau daging sebagai pemenuhan protein hewani.

Bahkan,  tidak ada salahnya jika datang ke fasilitas kesehatan dan memeriksakan kondisinya apakah ada yang membahayakan atau tertular COVID-19. Dari hasil pemeriksaan maka lebih mudah menyiapkan barang bawaan yang diperlukan di jalan mulai dari obat-obatan, vitamin sampai menghindari makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.

Setelah memeriksakan kesehatan,  tidur yang berkualitas dan cukup agar bisa membantu pemudik lebih fokus berkendara. Normalnya durasi tidur yang berkualitas itu adalah 7 hingga 8 jam setiap harinya.

Persiapan kedua, terkait dengan perjalanan pemudik. Semakin jauh tujuan yang ditempuh, maka risiko kecelakaan lalu lintas juga bisa semakin besar. Jadi, ada baiknya pemudik tidak menyepelekan waktu beristirahat, apalagi  ketika sudah merasa ngantuk atau sangat lelah.

Demi keselamatan, selama berkendara tidak perlu tergesa-gesa untuk tiba di kampung halaman. Bagi pengemudi mobil disarankan untuk beristirahat sekurang-kurangnya 15 menit setiap maksimal empat jam sekali.  Bagi pengendara motor disarankan untuk berhenti setiap dua jam sekali untuk segera melakukan peregangan agar terhindar dari kekakuan tubuh akibat duduk dalam posisi yang sama selama berjam-jam.

Begitu lelah, pemudik harus segera mencari rest area (area peristirahatan) terdekat. Tapi, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengimbau supaya tidak menggunakan rest area terlalu lama supaya jalan tol tetap lancar dan terhindar dari penumpukan kendaraan karena keterbatasan rest area yang tersedia.

Kalaupun rest area penuh, menurut Kapolri, pemudik bisa memanfaatkan ruang istirahat yang disediakan oleh pihak kepolisian atau pihak lainnya.

Opsi lain adalah keluar sebentar dari gerbang tol sehingga bisa beristirahat dengan lebih leluasa, dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan sekaligus risiko meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Pemudik yang memilih beristirahat di luar tol tidak akan diminta membayar lagi, dan bisa segera melanjutkan perjalanan di jalur tol.

Berdasarkan evaluasi mudik tahun lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, memberikan tips untuk mengantisipasi  kecelakaan lalu lintas yang meningkat selama mudik adalah dengan membawa pengemudi cadangan.  Dengan demikian,  setiap pengemudi bisa bergantian, dan dapat membagi waktu berkendaraan.

“Pesan saya selamat itu nomor satu. Kalau sudah aman, selamat, baru yang lain.  Yang namanya gembira suka cita ketemu dengan keluarga itu setelah semuanya berjalan aman dan selamat. Kita semua berupaya betul meminimalisir angka accident (kecelakaan), apalagi yang fatal selama mudik ini,” katanya.

Jaga ibu dan anak

Selain faktor pengemudi, pasa mudik Lebaran tidak boleh abai juga pada kesehatan ibu dan anak. Banyak ibu hamil dan anak-anak yang mengikuti perjalanan panjang dengan naik kendaraan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mengatakan ada banyak kasus ibu hamil mengalami pecahnya ketuban atau pendarahan yang memicu keguguran selama mudik.

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan. Jika seorang ibu hamil, terutama yang sudah hamil tua, ikut menempuh perjalanan berdebu, penuh goncangan dalam jarak yang jauh, ibu lebih mudah merasa lelah, sehingga bisa menjadi salah satu penyebab keguguran. 

Guna menciptakan keamanan bagi ibu hamil, perlu dilakukan konsultasi kandungan terlebih dahulu sebelum berangkat mudik. Tujuannya untuk menerima berbagi rekomendasi saran atau obat yang diperlukan oleh ibu.

Contohnya, pada masa kehamilan di trimester pertama, ibu hamil sering menunjukkan gejala berupa mual, muntah hebat atau pusing pada siang hari, sehingga dianjurkan untuk tidak  berpuasa terlebih dahulu,  karena dikhawatirkan dapat memicu dehidrasi dan pola makan terganggu. Oleh karena itu, kecukupan asupan nutrisi baik ibu atau anak harus terjaga.

Anggota Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Hari Wahyu Nugroho, menyarankan untuk mengonsumi makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti dan protein hewani seperti susu atau ikan. Dengan menjaga asupan gizi yang baik maka  imunitasnya terjaga, tetap sehat dan terhindar dari penyakit batuk atau pilek.

Kualitas tidur anak yang berpotensi berubah selama perjalanan ataupun ketika sampai di tempat tujuan perlu diperhatikan. Bila jam tidur berkurang atau terganggu, bisa merusak kualitas tidur seorang anak dan menyebabkan imunitas menurun.

Jangan lupakan COVID-19

Ketika mudik perlu diingat pula bahwa COVID-19 masih ada di sekitar kita. Karena itu, tidak boleh abai terhadap protokol kesehatan, apalagi berada di kerumunan seperti rest area.  Masker dinilai  masih efektif melindungi dari virus nakal yang masuk melalui udara atau droplets. Proteksi diri harus dijaga dengan rajin mencuci tangan.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro, menambahkan pemudik harus tetap berusaha menghindari kerumunan dan menjaga jarak karena dalam suatu kerumunan, tidak bisa diketahui status kesehatan seseorang. 

“Kalau sudah merasakan gejala COVID-19, misalnya batuk, pilek, demam itu lebih baik pastikan melakukan tes baik antigen atau PCR di fasilitas kesehatan terdekat, supaya bisa dipastikan kita tidak menulari orang lain,” kata Reisa.

Sementara itu, Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan,  memastikan jika vaksinasi masih ampuh menangkis serangan COVID-19. Vaksin membantu tubuh membentuk antibodi agar terhindar dari gejala berat maupun kematian.

Dengan berbagai tips tersebut diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar Lebaran tahun 2023 berlangsung aman dan sehat. Kasus COVID-19 diharapkan tidak merebak kembali, dan silaturahmi dengan keluarga juga berlangsung penuh kehangatan, karena semua pihak bisa menjaga keselamatan dan kesehatan sesama selama hajat mudik tahunan ini. 

 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023