Bandarlampung (ANTARA) - Sejumlah truk bertonase lebih dari 10 ton masih melintasi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) meski pihak Hutama Karya melarang kendaraan yang memiliki tekanan ganda itu melintasi tol sejak Selasa atau H-10 Lebaran 1444 H.

Wartawan Antara yang melintasi tol Sumatera dari GT Kota Baru Bandarlampung ke GT Kramasan PP, Rabu, menyaksikan truk-truk besar itu banyak melintasi jalan tol tersebut.

Truk bertonase berlebih itu juga mengakibatkan laju kendaraan lainnya menjadi terhambat. Padahal lajur tersebut merupakan jalur cepat.

Begitu pula sebaliknya arah Palembang Sumsel menuju Bakauheni, Lampung, truk banyak melintasi JTTS.

Baca juga: HK prediksikan puncak arus mudik pada malam H-3 dan H-2

Baca juga: Trafik penumpang Bakauheni-Merak secara umum meningkat dari tahun lalu


Beberapa truk juga terlihat parkir di badan jalan di JTTS. Beberapa pemudik juga mengeluhkan kondisi tersebut.

Ridwan pemudik asal Palembang mengatakan bahwa masih banyak kendaraan truk non sembako yang melintasi JTTS.

Akibatnya, laju kendaraan tak bisa melaju maksimal mengingat truk truk tersebut berjalan lambat.

Ia juga mengingatkan seharusnya petugas Hutama Karya di gerbang tol melarang truk truk tersebut masuk tol.

Sebelumnya, pihak Hutama Karya memastikan bahwa pada Selasa atau H-10 Lebaran 1444 Hijriah, kendaraan berat yang memiliki tekanan ganda lebih dari 10 ton tidak boleh melalui Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

"Sebagaimana peraturan pemerintah, kami pastikan H-10 kendaraan berat atau besar ataupun ODOL tidak boleh lewat jalan nasional ataupun jalan tol, terkecuali kendaraan BBM, sembako dan pupuk, ini masih boleh melintas," kata kata Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro, di Lampung, beberapa waktu lalu.

ODOL adalah kenderaan over dimensi over loading atau kendaraan logistik yang mengangkut barang secara berlebihan

Ia mengatakan bahwa untuk saat ini, guna mengetahui kendaraan tersebut memiliki tekanan ganda di atas 10 ton atau tidak, Hutama Karya telah memasang alat timbangan untuk kendaraan bergerak di pintu masuk JTTS.

"Masalah odol ini memang ada kaitannya dengan jalan bergelombang dan rusak, kalau standar normal di JTTS, tekanan ganda itu 10 ton tetapi kenyataannya di lapangan banyak melebihi itu," kata dia.

Menurutnya, dengan memasang alat timbangan untuk kendaraan bergerak, pihaknya dapat mengetahui atau mendeteksi bahwa rata-rata 60 persen yang melintasi JTTS ruas Bakauheni-Terbanggi Besar (Bakter) itu kendaraan logistik.

"Dari 60 persen kendaraan logistik yang melalui ruas Bakauheni-Terbangi, itu 70 persen adalah kendaraan ODOL, atau memiliki tekanan ganda di atas 10 ton," kata dia.*

Baca juga: Mudahnya mudik ke Sumatera melalui Tol Trans Sumatera

Baca juga: Melepas lelah kala menyeberang di Selat Sunda

Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023