Amerika Serikat (ANTARA) - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr kemungkinan akan membahas tentang ketegangan di Taiwan dengan Presiden AS Joe Biden, dalam perbincangan minggu depan yang berfokus pada perdagangan dan investasi.

Duta Besar Filipina untuk Amerika Serikat Jose Manuel Romualdez mengatakan pada Reuters bahwa Marcos akan berfokus pada pembahasan ekonomi terkait energi, iklim, dan perdagangan dalam kunjungan resmi pertamanya ke Washington pada 1 Mei.

"China, tentu saja, adalah mitra dagang nomor satu kami," kata Romualdez yang dulu juga menjabat di posisi yang sama.

Dia juga mengatakan bahwa Jepang adalah mitra dagang mereka. Begitu pula Amerika Serikat, tambahnya. Filipina ingin menjalin hubungan perdagangan yang lebih luas dengan negara Amerika Serikat.

Dia mengatakan bahwa Filipina ingin Kongres AS memperbaharui aksesnya ke preferensi perdagangan Amerika Serikat dengan negara-negara berkembang, yang kadaluarsa pada 2020.

Perbincangan itu menjadi bagian dari rangkaian pertemuan Filipina dengan pemimpin-pemimpin AS dan China. Kedua negara besar itu sedang berusaha memperebutkan potensi strategis wilayah tersebut.

Pada Januari, Marcos bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing. Kemudian dia bertemu dengan menteri luar negeri China pada minggu lalu.

Kata Romualdez, Marcos mungkin akan membahas tentang Taiwan bersama Biden, namun fokusnya adalah untuk menghindari konflik.

"Di suatu hari yang cerah, dari bagian negara paling ujung utara, Anda bisa lihat Taiwan," katanya. "Sedekat itulah negara itu."

"Tentunya itu akan mempengaruhi kami. Kalau sampai ada apapun terjadi pada Taiwan, semuanya akan terkena dampaknya, terutama yang ada di Asia Tenggara, seluruh dunia."

Dia menjelaskan bahwa Filipina tidak ingin China merasa bahwa mereka ingin menyerang hanya karena Filipina menjalin hubungan dengan AS. Semua yang mereka lakukan murni untuk pertahanan negara, tambahnya.

Filipina mengizinkan Amerika Serikat mengakses lebih banyak pangkalan militernya dalam perjanjian pertahanan mereka, dan hal tersebut membuat China menuduh Filipina mencoba memperkeruh suasana. Beberapa dari pangkalan militer tersebut mengarah ke utara, ke arah Taiwan.

Berbagai kekhawatiran juga muncul menyusul gerakan-gerakan militer oleh Beijing yang digencarkan di Laut China Selatan.

Pada Senin (25/4) Marcos mengatakan akan mendesak Biden untuk mengumumkan secara jelas komitmen Washington untuk melindungi Filipina dari ketegangan wilayah, sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951.

Sumber: Reuters
Baca juga: Filipina prihatin atas Taiwan tetapi junjung kebijakan "satu-China"
Baca juga: Filipina, China berkomitmen selesaikan masalah Laut China Selatan
Baca juga: Biden akan bertemu Presiden Filipina di Gedung Putih pada 1 Mei

 

Penerjemah: Mecca Yumna
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023