Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah  terasa sangat berbeda dibandingkan 2-3 tahun lalu. Lebaran 2023 yang jatuh pada 22 April 2023, tidak ada lagi pembatasan aktivitas masyarakat untuk penanganan pandemi COVID-19. Sedangkan pada perayaan sebelumnya masih diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Pemerintah Indonesia berhasil menangani penyebaran virus yang pertama kali merebak di Wuhan, China,  itu dengan berbagai cara, khususnya menggenjot vaksinasi COVID-19. Upaya pemerintah itu, berhasil menekan laju penyebaran virus Corona di Indonesia.

Buah dari penanganan yang baik itu,  maka aktivitas mudik masyarakat Indonesia lebih "bebas" dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah memperkirakan kurang lebih 123,8 juta orang mudik ke kampung halaman pada masa mudik Lebaran tahun ini.

Pergerakan masyarakat Indonesia pada saat mudik Lebaran tersebut, memang tidak bisa dipandang hanya sekadar ritual tahunan. Antusiasme masyarakat untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman, juga harus diakui memberikan dampak positif terhadap perekonomian dalam negeri.

Pulang kampung, tidak hanya sekadar mobilitas masyarakat dari wilayah perkotaan ke pedesaan saja, tapi kepulangan masyarakat ke daerah asal masing-masing  itu diyakini akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi atau perputaran uang di tiap-tiap daerah.

Jutaan masyarakat Indonesia yang pulang kampung, tidak hanya akan berdiam diri dan sekadar berkumpul bersama keluarga. Namun, akan ada peningkatan konsumsi, baik dari hal-hal kecil seperti wisata kuliner, hingga berbelanja untuk kebutuhan Lebaran di kampung.

Di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, hingar-bingar aktivitas ekonomi masyarakat menjelang perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah sudah dirasakan kurang lebih dua minggu sebelum datangnya hari yang ditunggu-tunggu umat Islam itu.

Pusat-pusat perbelanjaan yang ada di Kota Malang, dipenuhi aktivitas masyarakat yang berbelanja. Konsumsi atau pengeluaran uang masyarakat menyambut Lebaran 2023, rupa-rupanya seperti ajang balas dendam usai pada tahun sebelumnya diterpa pandemi COVID-19.

Kendaraan harus mengantre untuk masuk ke pusat-pusat perbelanjaan yang ada di wilayah itu. Tidak jarang juga, kendaraan khususnya roda dua parkir di tepi jalan dan menyebabkan arus lalu lintas terhambat akibat antusiasme warga untuk berbelanja menjelang Lebaran.

Salah satu pusat perbelanjaan yang ada di wilayah Kota Malang, mencatat ada peningkatan yang sangat signifikan terhadap kunjungan konsumen.  Salah satu pusat perbelanjaan yang berada di Jalan Veteran itu  mencatat, aktivitas masyarakat meningkat jika dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, peningkatan kunjungan itu juga melebihi masa sebelum pandemi COVID-19 terjadi.

Pada 2023, antusiasme warga jauh meningkat dan diperkirakan jumlah pengunjung mencapai 110 persen dibanding 2019. Jumlah kunjungan per hari mencapai 35 ribu orang saat akhir pekan, dengan rata-rata 25 ribu orang per hari.

Peningkatan aktivitas masyarakat menjelang perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah tersebut, tidak terhenti. Usai berkumpul bersama keluarga dan melepas kerinduan setelah tidak bertemu selama beberapa waktu, dilanjutkan dengan aktivitas wisata.

Wisata Lebaran

Berkumpul bersama keluarga, memang menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para pemudik yang pulang ke kampung halaman. Momen bertemu keluarga itu memang tidak hanya sebatas bertemu di rumah, tapi kemudian berlanjut  ke objek wisata di wilayah masing-masing.

Aktivitas wisata juga menjadi pelengkap perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Indonesia. Jalan-jalan menuju daerah tujuan wisata, selama beberapa hari terakhir dilaporkan mengalami peningkatan arus kendaraan.

Bahkan, di Kota Batu, sebagai salah satu primadona tujuan wisata di Jawa Timur, pihak kepolisian juga sudah menyiapkan skema penerapan arus lalu lintas satu arah untuk menjamin kelancaran aktivitas wisata di wilayah itu. Volume kendaraan yang menuju Kota Batu, mengalami peningkatan.

Pemerintah Kota Batu sebelumnya memproyeksi bahwa kunjungan wisatawan ke wilayah tersebut saat masa libur Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah mencapai 500-600 ribu kunjungan. Kota Batu masih menjadi favorit masyarakat untuk berwisata.

Salah satu pengelola destinasi wisata di Kota Batu, Jatim Park Group mencatat hingga 24 April 2023, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 30 ribu orang dengan rata-rata per hari sebanyak 15 ribu kunjungan. Lebih tinggi dibanding kondisi normal yang berkisar 10 ribu orang per hari.

Jatim Park Group merupakan salah satu pengelola destinasi wisata yang besar di Kota Batu. Jatim Park Group mengelola sebanyak delapan lokasi wisata dengan 14 taman wisata dan menjadi acuan aktivitas wisata di wilayah itu.

Suasana di salah satu pusat destinasi wisata yang ada di wilayah Kota Batu, Jawa Timur, pada masa libur Lebaran 2023. (ANTARA/Vicki Febrianto)

Sementara itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu mencatat, pada libur Lebaran 2023, tingkat okupansi hotel mencapai 80 persen, melonjak dibanding kondisi normal yang berkisar antara 20-30 persen saat hari biasa, dan 70 persen saat akhir pekan.

Ketua PHRI Kota Batu, Sujud Hariadi, menyatakan bahwa salah satu kebijakan yang menjadi pemicu tingginya okupansi hotel tersebut seiring dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan cuti bersama dalam rangka Lebaran 2023 pada 19 April hingga 25 April 2023.

Pada periode 21-24 April 2023 tamu-tamu yang menginap pada sejumlah hotel di wilayah Kota Batu berasal dari wilayah Jakarta, Bandung, Bogor hingga Sumatera, termasuk dari daerah lain yang ada di Jawa Timur.

"Cuti Lebaran kali ini lebih panjang. Pemerintah menambah cuti, itu berpengaruh. Tamu pada periode 21-24 April 2023, itu didominasi dari Jakarta, Bandung, Bogor, hingga Sumatera. Mereka mudik ke Malang Raya," ujarnya.

Tingginya aktivitas wisata tersebut, tentu  sejalan dengan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya bagi para wisatawan atau pemudik. Tingkat konsumsi yang tinggi itu, dipastikan membantu perputaran roda ekonomi daerah untuk berputar lebih cepat.


Menjaga Konsumsi

Lonjakan konsumsi masyarakat pada masa libur Lebaran 2023 kali ini memang bisa dikatakan sebagai salah satu harapan untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia yang diperkirakan berada pada kisaran 4,5-5,3 persen.

Namun, pekerjaan rumah besar juga menanti. Peningkatan konsumsi pada rentang waktu yang terbilang cukup singkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat Lebaran, sejatinya juga perlu dipertahankan.

Ekonom Universitas Brawijaya, Nugroho Suryo Bintoro, menyatakan bahwa pemerintah perlu memperhatikan keberlanjutan tren positif peningkatan konsumsi tersebut pasca-Lebaran, mengingat menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah kali ini ada lonjakan yang tinggi.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pasokan bahan pokok penting dan kebutuhan masyarakat harus tetap terjaga pasca-Lebaran. Bahan pokok penting harus tetap tersedia dengan baik, agar tidak ada fluktuasi harga yang menekan konsumsi dan menurunkan daya beli.

"Yang perlu diperhatikan adalah daya beli masyarakat. Ketika konsumsi saat ini (saat Lebaran), ditakutkan menghabiskan (uang) konsumsi bulan depan. Kebutuhan primer (pasca-Lebaran) jangan terhambat," kata Nugroho.

Di Indonesia, salah satu hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. Sehingga, keberlanjutan konsumsi tersebut menjadi penting perlu tetap dijaga oleh pemerintah.

Peningkatan konsumsi masyarakat guna mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada periode April 2023 saja, atau hanya terjadi pada bulan Ramadhan hingga perayaan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.

"Diharapkan konsumsi itu tidak hanya muncul pada April 2023 saja, tapi juga pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga target pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa tercapai," katanya.

Menjaga peningkatan konsumsi masyarakat memang bukan merupakan pekerjaan yang mudah, terlebih pascalibur Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Masyarakat, harus diakui, cenderung meningkatkan konsumsi saat menghabiskan waktu bersama keluarga.

Masyarakat juga harus mampu mengelola keuangan agar konsumsi pasca-Lebaran bisa berlanjut, meski sedikit mengalami penurunan. Kendati sedikit menurun, namun tidak sampai mengganggu daya beli akibat pengeluaran berlebihan saat libur Lebaran 2023.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023