Manajer Manchester City Pep Guardiola (kiri) dan Mikel Arteta saat menjadi asistennya (kanan) menghadiri sesi latihan tim di City Football Academy, Manchester, pada 30 September 2019, menjelang laga grup C liga Champions kontra Dinamo Zagreb. (Photo by Lindsey Parnaby / AFP) (AFP/LINDSEY PARNABY)


Tak terkalahkan

Sejak dikalahkan 0-1 oleh Tottenham Hotspur pada 5 Februari, City tak pernah kalah dari siapa pun, baik dalam ajang Liga Premier, maupun gelanggang Liga Champions dan Piala FA.

Selain menjungkalkan Bayern dalam Liga Champions dan melumat semua tim besar Liga Inggris, City menjadi satu-satunya tim yang dua kali mengalahkan Arsenal musim ini, yakni 3-1 pada 16 Februari dan 4-1 pada 27 April.

Dua dari empat kekalahan Arsenal dalam pertandingan liga musim ini, diderita dari City. Dua tim lain yang mengalahkan tim Meriam London adalah Everton dan Manchester United.

Kemenangan besar 4-1 pekan lalu dari Arsenal adalah bukti bahwa The Citizens semakin kuat saja yang kian sulit dikalahkan lawan, ketika dalam waktu bersamaan Arsenal tersendat sejak mengalahkan Leeds United 4-1 pada 1 April.

Laga melawan Arsenal pada 27 April lalu menunjukkan bahwa saat ini kian sulit saja mencari kelemahan City.

Mereka terus beradaptasi dan menyerap kekuatan lawan untuk dimuntahkan kembali sebagai kekuatan mereka sendiri.

Guardiola memasang formasi empat bek berdiri paralel, padahal biasanya bergerak vertikal 3-2 yang lebih lentur.

Tim asuhan pelatih asal Spanyol itu menyerang secara vertikal nan cepat sampai kemudian Arsenal kesulitan menjaga daerah pertahanannya dan dalam menekan lawan.

Begitu berusaha membangun serangan, Arsenal gamang karena Erling Haaland setiap waktu memanfaatkan kelengahan bek mereka, Rob Holding.

Baca juga: Cetak gol lawan Arsenal Haaland salip rekor gol Salah di Liga Inggris

Sudah begitu, formasi 4-3-3 yang dipasang Mikel Arteta acap membuat gelandang Thomas Partey sendirian di lini tengah.

Dua rekan Partey di lini tengah Arsenal, yakni Martin Odegaard dan Granit Xhaka, berusaha mengimbangi Rodri dan Ilkay Gundogan yang kreatif mencari ruang. Namun dengan begitu, Kevin De Bruyne malah leluasa bergerak dan tak bisa dimatikan oleh Partey.

Diganggu sejak dari tengah, dan manuver-manuver dengan atau tanpa bola yang eksplosif dari lini serang Ciy, barisan pertahanan Arsenal kedodoran dalam menghadapi tusukan-tusukan City dari lebar lapangan.

Ini terutama karena aransemen Kyle Walker dan Manuel Akanji yang tak biasanya menempati posisi bek sayap. Kedua bek sayap ini sering jauh menusuk ke area penalti Arsenal.

Alhasil, City bisa mencegah Arsenal menyerang dengan tak henti menekan, sekaligus merusak rencana permainannya seperti saat mereka menjinakkan Bayern Muenchen.

Bukan tak mungkin taktik Guardiola kala menjinakkan Arsenal itu ditiru oleh lima tim terakhir yang bakal dihadapi The Gunners selama sebulan terakhir ini, termasuk oleh Newcastle dan Brighton yang paling mungkin menyengsarakan Arsenal.

Baca juga: Guardiola mengaku gugup saat Manchester City makin ancam Arsenal
Baca juga: Arteta ungkap mentalitas menjadi peran besar untuk juara Liga Inggris


Selanjutnya: Di jalur juara

Copyright © ANTARA 2023