“Tindakan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan teror yang harus diusut tuntas hingga akar-akarnya. Apalagi ini terjadi di kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat,”
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menyebut bahwa kasus penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Jakarta, Selasa, merupakan tindakan teror sehingga harus dilakukan pengusutan secara tuntas.

“Tindakan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan teror yang harus diusut tuntas hingga akar-akarnya. Apalagi ini terjadi di kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat,” kata Ace dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ace pun mengecam keras tindakan penembakan di kantor MUI Pusat yang disebutnya merupakan perilaku biadab. “Segala bentuk kekerasan apapun tidak boleh terjadi, apalagi menggunakan senjata api,” ujarnya.

Untuk itu, dia mendesak kepada aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas motif dibalik kasus penembakan tersebut, di samping memberikan hukuman yang seberat-beratnya.

“Betul. Harus diungkap oleh pihak penegak hukum, dari rekam jejak pelaku yang sudah meninggal dapat diusut selama ini yang bersangkutan berinteraksi dengan siapa dan bagaimana lingkungan sosialnya,” kata Ace.

Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanul Haq juga meminta aparat kepolisian segera mengusut tuntas pelaku dan motif penembakan kantor MUI Pusat tersebut, termasuk latar belakang pelaku.

Hal tersebut, kata dia, perlu diwaspadai mengingat saat ini merupakan tahun politik jelang Pemilu 2024 sehingga kondusifitas sosial perlu dicermati sedemikian rupa.

“Siapa, kelompok mana, di belakang orang (pelaku) yang menggunakan soft gun itu melakukan penembakan. Ini perlu karena mungkin ada upaya-upaya di tahun politik itu membuat semacam opini publik bahwa ada yang tidak beres di negeri ini, padahal selama ini kita masih melihat bahwa suasana masih terlihat kondusif,” tutur kepada wartawan saat dihubungi.

Di samping aparat keamanan, Maman mengingatkan pula agar berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas), termasuk MUI, untuk terus mengedukasi masyarakat tentang perlunya upaya dialog, komunikasi, serta dakwah yang lebih toleran dan damai,

“Mengungkapkan pola-pola yang sesuai dengan nilai keindonesiaan kita yang toleran dan damai,” kata dia.

Sebelumnya, penembakan di Gedung MUI Pusat, Jakarta, terjadi pada Selasa siang, sekitar pukul 11.30 WIB. Pelaku menggunakan senjata jenis "airsoft gun" dan mengakibatkan kaca pintu masuk Gedung MUI Pusat tersebut pecah.

Wakil Sekjen MUI Bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Arif Fahrudin mengatakan penembakan tersebut mengakibatkan dua orang staf MUI Pusat mengalami luka-luka karena terkena serpihan kaca dan gesekan peluru.

Berdasarkan keterangan Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Amirsyah Tambunan, kedua korban adalah Keamanan MUI Bambang Nugraha dan Tri.

Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin mengungkapkan bahwa pelaku penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di Menteng, Jakarta Pusat, merupakan pria berinisial M (60).

Komarudin menambahkan, jenazah pelaku telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati guna dilakukan autopsi, di mana pelaku penembakan dipastikan meninggal dunia di lokasi kejadian. Adapun, pelaku kedapatan membawa obat-obatan, di samping barang bukti sepucuk pistol yang ditemukan penyidik.
 

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023