Jakarta (ANTARA) - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada Selasa (2/5) menganugerahkan penghargaan kebebasan pers dunia kepada tiga jurnalis perempuan Iran yang kini dipenjara di negaranya.

Niloofar Hamedi, Elaheh Mohammadi, dan Narges Mohammadi dinobatkan sebagai peraih penghargaan Kebebasan Pers Dunia UNESCO/Guillermo Cano 2023 dalam perannya mengabarkan berita kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas ditahan polisi moral Iran.

Diperkenalkan pada 1997, Anugerah Kebebasan Pers Dunia UNESCO/Guillermo Cano ​​​​​​diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang, organisasi atau lembaga yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam mempertahankan dan mendukung kebebasan pers di dunia meskipun harus menjalaninya dalam kondisi berbahaya.
Baca juga: PBB sahkan pencabutan keanggotaan Iran dari Komisi Status Perempuan

“Saat ini penting untuk memberikan penghormatan kepada seluruh jurnalis perempuan yang dihalang-halangi dalam menjalankan tugasnya serta menghadapi ancaman dan serangan atas keselamatan mereka. Hari ini kami memberikan penghargaan atas komitmen mereka terhadap kebenaran dan tanggung jawabnya,” kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dalam pernyataan resmi PBB, Selasa.

Niloofar Hamedi menulis untuk harian Shargh. Dia pertama kali mengabarkan berita kematian Mahsa Amini, perempuan yang meninggal dalam tahanan pada 16 September 2022, tiga hari setelah ditangkap oleh polisi moral Iran karena dianggap tidak menutupi rambutnya dengan benar.

Sejak pemberitaan itu, Hamedi ditahan di Penjara Evin yang terkenal kejam yang terletak di ibu kota Iran, Teheran, sejak September lalu.
Baca juga: Peran perempuan Iran di era globalisme dan multilateralisme

Adapun Elaheh Mohammadi menulis untuk surat kabar Ham-Mihan dan memberitakan pemakaman Amini sebelum akhirnya ditahan di Penjara Evin sejak September 2022.

Sementara itu, Narges Mohammadi telah bekerja sebagai jurnalis selama bertahun-tahun untuk berbagai surat kabar. Ia juga seorang penulis dan wakil direktur organisasi masyarakat sipil Pusat Pembela Hak Asasi Manusia (DHRC) yang berbasis di Teheran. Dia saat ini menjalani hukuman 16 tahun penjara di Penjara Evin.

Selama ditahan, Mohammadi masih terus melaporkan berita dari penjara. Dia juga mewawancarai tahanan perempuan lainnya. Hasil wawancara itu dimasukkan ke dalam bukunya, White Torture.

Baca juga: Kemenkominfo: pemerintah jamin kebebasan pers
Baca juga: Dewan Pers: Kita harus kembangkan pers bebas bertanggung jawab

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023