Sebagai alat pemersatu bangsa, rupiah didesain untuk mewakili generasi bangsa dan seluruh wilayah Indonesia.
Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali membekali cinta, bangga, dan paham (CBP) rupiah kepada para guru penggerak dari berbagai kabupaten/kota di Pulau Dewata ini, sekaligus untuk meningkatkan nasionalisme generasi muda.

"Guru adalah ujung tombak yang berhadapan dengan anak didik dan masyarakat, sehingga kolaborasi ini kami harapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai rupiah kepada masyarakat," kata Deputi Kepala KPw BI Bali Gusti Agung Diah Utari, di Denpasar, Sabtu.

Diah Utari menyampaikan hal tersebut saat membuka kegiatan Training Of Trainer Cinta Bangga Paham Rupiah kepada Guru Penggerak Wilayah Bali, di Kantor KPw BI Bali di Denpasar.

Rupiah, kata dia, merupakan identitas dan simbol bangsa, yang tidak terpisahkan. Tidak hanya itu, rupiah juga merupakan bagian dari perjalanan sejarah bangsa.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, telah banyak beragam mata uang yang digunakan oleh masyarakat. Hingga akhirnya pada saat kemerdekaan Indonesia, tepat pada 30 Oktober 1946 untuk pertama kalinya Indonesia menerbitkan uang sendiri melalui Oeang Republik Indonesia (ORI).

Penggunaan mata uang tunggal yaitu rupiah meleburkan seluruh mata uang yang ada di Indonesia dan menggambarkan persatuan dan kedaulatan Indonesia.

"Sebagai alat pemersatu bangsa, rupiah didesain untuk mewakili generasi bangsa dan seluruh wilayah Indonesia. Generasi bangsa tercermin dari gambar pahlawan dalam desain uang rupiah," ujar Diah Utari kepada ratusan guru penggerak yang merupakan guru unggulan di Bali itu.

Dari uang rupiah, kita juga bisa mengenal beragam seni dan budaya serta keindahan alam Nusantara. Khusus untuk Bali di antaranya tenun gringsing menghiasi Uang Peringatan Kemerdekaan pecahan Rp75.000 tahun emisi 2020 serta Tari Legong yang ada pada pecahan Rp50.000.

Berbicara mengenai rupiah, kata Diah Utari, terdapat fenomena di masyarakat bahwa rupiah hanya dipandang sebagai instrumen transaksi dan belum diimbangi dengan rasa cinta, bangga, paham terhadap rupiah.

Menurut dia, terdapat indikasi bahwa masyarakat belum sepenuhnya memperlakukan uang rupiah secara baik serta terbatasnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi rupiah.

"Padahal perlakuan kita terhadap rupiah menentukan usia edar uang tersebut. Semakin kita berhati-hati dan menjaga dengan baik, uang rupiah akan bertahan lama, dan dapat dikenali ciri-ciri keasliannya. Dengan begitu, kita turut serta meminimalisir peredaran uang palsu yang merugikan negara," ujarnya lagi.

Di era digitalisasi saat ini, kata Diah Utari, transaksi menggunakan rupiah tidak hanya dapat dilakukan secara tunai, namun juga secara non-tunai dan salah satunya pembayaran dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

QRIS merupakan standardisasi QR Code Pembayaran di Indonesia dan menjadi solusi bertransaksi secara CeMuMuAH (Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Handal) karena dapat dilakukan melalui handphone tanpa kontak fisik kapan pun dan dimana pun tanpa tatap muka.

"Oleh karenanya melalui kegiatan ini, kami mengajak Bapak dan Ibu sekalian ikut berperan serta dalam meningkatkan semangat nasionalisme kepada generasi muda khususnya anak didik, pewaris dan penerus perjuangan bangsa ini untuk mencintai uang Rupiah," kata Diah Utari.

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar AA Gede Wiratama mengapresiasi kegiatan kolaborasi antara KPw BI Provinsi Bali dengan komunitas guru penggerak tersebut.

"Kalau anak-anak kita cinta, bangga dan paham rupiah, maka nanti dari kecil sampai besar akan terus bangga. Mata uang kita tentu perlu disosialisasikan kepada anak-anak. Termasuk anak-anak disosialisasikan cara menabung secara digital maupun manual," katanya lagi.

Dengan pelibatan para guru penggerak tersebut diharapkan pemahaman cinta, bangga, dan paham rupiah kepada peserta didik dapat lebih meluas.

Kepala Badan Pendapatan Daerah Kota Denpasar I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan mengenai cinta rupiah melalui digitalisasi, pihaknya telah memiliki sejumlah program unggulan untuk meningkatkan indeks elektronifikasi transaksi pemerintah daerah termasuk yang menyentuh berbagai pemangku kepentingan.

"Khusus untuk sekolah melalui program Gen Dental atau Generasi Denpasar Digital ini yang menyentuh semua pemangku kepentingan di sekolah-sekolah dengan sasaran semua SMP negeri dan swasta akan menjalankan transaksi digital di sekolah. Pak Wali Kota sudah melaunching program ini 14 Februari lalu," ujarnya pula.
Baca juga: BI NTT sasar pelajar sebagai target edukasi CBP rupiah
Baca juga: BI Sultra sosialisasi CBP Rupiah pada istri TNI AL di Kendari

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023