Sydney (ANTARA) - Menteri Perdagangan Australia Don Farrell hari ini mengunjungi Beijing guna  bertemu dengan Menteri Perdagangan China Wang Wentao untuk mendorong penghapusan hambatan dalam perdagangan dan menguatkan hubungan diplomatik.

Farrell menyatakan sangat mendukung dimulainya lagi ekspor tanpa hambatan ke China untuk semua sektor perdagangan Australia demi kepentingan kedua negara dan kepentingan para eksportir serta produsen Australia.

Kedua menteri itu juga akan memimpin sebuah komisi ekonomi bersama yang pertama kali diadakan pada 1986 namun ditangguhkan sejak 2017 ketika hubungan kedua negara memburuk karena perselisihan diplomatik.

China adalah mitra dagang terbesar Australia yang nilai perdagangan antara keduanya pada 2022 mencapai 267 miliar dolar Australia (Rp2.661 triliun), khususnya ekspor bijih besi. Bijih besi merupakan produk ekspor yang sulit didapatkan China dari pihak selain Australia.

Sejak 2019 belum pernah ada menteri perdagangan Australia yang mengunjungi China.

Ekspor minuman anggur, daging sapi, barli, batu bara, makanan hasil laut, dan kayu Australia ke China mengalami tekanan karena dibatasi China pada 2020. Seorang jurnalis Australia Cheng Lei ditahan di Beijing dengan dalih keamanan nasional, setelah Australia menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul COVID-19 yang membuat murka China.

Australia sebelumnya melarang perusahaan raksasa telekomunikasi China Huawei berbisnis dalam jaringan 5G Australia dengan alasan keamanan nasional.

Baca juga: Dolar turun jelang data inflasi AS di tengah kekhawatiran pagu utang

Hubungan diplomatik antara kedua negara yang saat itu memanass kini mereda sejak pemerintahan partai Buruh Australia terpilih pada Mei 2022, sekalipun kebijakan investasi asing belum begitu berubah akibat masalah keamanan nasional.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Inggris pekan lalu mengatakan pemerintahannya "tak terlibat dalam retorika bernada menghasut" mengenai China.

Bulan lalu Australia menangguhkan keluhannya terhadap tarif barli China di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) ketika saat itu sebuah panel WTO menyatakan akan melaporkan temuannya. Langkah itu membuat China memperoleh waktu untuk meninjau bea 80,5 persen yang diberlakukan pada 2020.

"Pemerintah Australia senang karena sudah ada sejumlah perkembangan perdagangan yang positif, termasuk dilanjutkannya perdagangan batu bara, kapas, dan tembaga dan sikap setuju China untuk mempercepat peninjauan terhadap bea barli Australia," kata Farrell.

Menurut data bea cukai Australia, Australia mengekspor bijih tembaga dan konsentrat senilai sekitar 40 juta dolar AS (Rp589,4 miliar) yang menunjukkan harapan industri untuk berlanjutnya lagi perdagangan.

Dia juga berjanji mengangkat "isu-isu lain penting untuk warga Australia" yang kemungkinan merujuk kasus hak asasi manusia.

Albanese pernah mengatakan pemerintahannya akan terus mengangkat kasus Cheng yang ditahan do  Beijing sampai 1.000 hari.

Baca juga: Ribuan orang Australia demo menentang pangkalan kapal selam nuklir

Sumber: Reuters

Penerjemah: Raka Adji
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023