Salah satu permasalahan transformasi kesehatan saat ini adalah pemerataan sumber daya manusia tenaga kesehatan
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Itet Tridjajati Sumarijanto meminta Pemerintah segera merealisasikan pengangkatan tenaga kesehatan (nakes) honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebagaimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

"Salah satu permasalahan transformasi kesehatan saat ini adalah pemerataan sumber daya manusia tenaga kesehatan," kata Itet dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pengangkatan nakes honorer menjadi PPPK dapat diwujudkan apabila memperhatikan pula aspek kuota atau jatah penerimaan pegawai honorer di lingkungan tenaga kesehatan itu sendiri.

"Sebenarnya masalah peluang tenaga kesehatan honorer untuk menjadi tenaga ASN cukup terbuka, asalkan ada kuota atau tidak?" ujarnya.

Itet menambahkan para calon nakes tersebut juga perlu mendapatkan sosialisasi terlebih dahulu guna beroleh pemahaman terkait jenjang pekerjaannya.

Baca juga: Menpan RB: Lebih dari sejuta honorer dan nakes diangkat PPPK 2022

Baca juga: Nakes honorer minta dijadikan PPPK seperti guru


"Yang lebih penting dari itu semua adalah, sosialisasi di awal, ketika para tenaga kerja kesehatan honorer itu ingin memulai pekerjaannya," ucapnya.

Lebih lanjut, dia mempersoalkan ihwal nasib nakes honorer yang senior. Menurut dia, sebaiknya pihak rumah sakit dalam menetapkan tenaga honorer menjadi ASN tidak serta merta memilih tenaga kerja junior hanya didasarkan alasan penguasaan teknologi yang lebih mumpuni daripada nakes honorer yang senior.

Bahkan, tambah dia, di beberapa negara maju seperti Australia, tenaga kesehatan honorer yang senior lebih diprioritaskan lantaran pengalaman atau "jam terbang" yang dimilikinya cukup tinggi.

"Ada baiknya perusahaan dalam hal ini pihak rumah sakit untuk memilih para tenaga kesehatan yang senior daripada tenaga kerja baru yang minim pengalaman. Kecenderungan di negara kita, mereka lebih memilih tenaga kerja baru yang minim pengalaman," tuturnya.

Dia berharap pihak rumah sakit menghargai para nakes senior dengan memberikan kursus tambahan tentang penguasaan teknologi digital sehingga tidak terjadi kecemburuan dari para nakes senior terhadap nakes junior yang mendapatkan insentif lebih besar.

"Karena pada praktiknya walaupun pegawai junior major menguasai teknologi, mereka juga harus belajar dari para seniornya yang sudah memiliki pengalaman panjang," imbuhnya.

Oleh karena itu, Itet berharap Pemerintah dapat memperjuangkan nasib para tenaga kesehatan honorer secara sungguh-sungguh. "Pemerintah juga memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah, mengingat para pekerja honorer ini juga harus memiliki bekal pendidikan dan pengalaman yang cukup, sebelum akhirnya diterima sebagai pekerja aparatur sipil negara atau ASN," kata dia.

Dia juga mengajak nakes honorer yang menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan dengan unjuk rasa untuk dapat bersabar, mengingat masalah tersebut masih dalam Daftar Inventaris Masalah (DIM) yang akan dibahas pada masa sidang DPR berikutnya lantaran saat ini DPR RI masih dalam masa reses.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023