Jenewa (ANTARA) - Sekitar 200.000 orang telah menyelamatkan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga sejak kekerasan meletus April lalu, ungkap juru bicara badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Jumat, termasuk banyak anak-anak kurang gizi yang tiba di Chad.

Diperkirakan 60.000 orang telah tiba di Chad melalui padang pasir. Jumlah itu mencakup sekitar 30.000 orang yang tiba dalam beberapa hari terakhir, menurut Olga Sarrado saat konferensi pers di Jenewa.

Hampir 90 persen dari kedatangan adalah perempuan dan anak-anak, katanya, dengan seperlima dari anak-anak itu mengalami malnutrisi.

"UNHCR menyerukan dukungan finansial segera kepada semua aktor yang terlibat guna menghindari bencana kemanusiaan, mencegah ketegangan karena sumber daya yang kelelahan dan mendukung orang-orang yang dipaksa dengan cara yang tidak mulia," katanya.

"Dukungan dari sektor swasta lamban dibanding situasi darurat lainnya, meski krisis tersebut parah dan mendesak," katanya seraya mengatakan bahwa pengajuan baru diperkirakan setelah UNHCR menyerukan 445 juta dolar AS (sekitar Rp6,6 triliun) pekan lalu.

Di konferensi yang sama, juru bicara badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, James Elder mengungkapkan sebuah perusahaan di Ibu Kota Sudan, Khartoum, yang memproduksi makanan bagi anak-anak kurang gizi habis terbakar.

"Hingga kini, ini adalah ilustrasi paling suram sekaligus paling nyata tentang bagaimana konflik ini mengancam nyawa anak-anak melalui berbagai cara," kata Elder.

Dia tidak mengetahui apakah pabrik yang menghasilkan 60 persen karton makanan siap saji di Sudan itu sengaja dibakar.

Sumber: Reuters
Baca juga: PBB: Pengungsi di Sudan naik lebih dari dua kali lipat dalam sepekan
Baca juga: UNHCR minta pemerintah tak kembalikan orang-orang ke Sudan
Baca juga: UNHCR antisipasi pergerakan 860.000 pengungsi dari Sudan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023