Jakarta (ANTARA) -
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengajak generasi muda untuk mengoptimalkan bonus demografi Indonesia dengan menguasai ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.
 
Bamsoet dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin, mengatakan bangsa Indonesia sudah memasuki periode bonus demografi. Pasalnya, komposisi demografi Indonesia didominasi oleh penduduk usia produktif.

"Merujuk pada komposisi penduduk usia produktif tersebut, peran pelajar dan pemuda menjadi penting, strategis, dan sekaligus krusial," kata Bamsoet saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Universitas Perwira Purbalingga (UNPERBA), Jawa Tengah, Senin.
 
Menurut Bamsoet, kesuksesan Indonesia dalam memanfaatkan fase bonus demografi akan sangat bergantung pada optimalisasi generasi untuk muda mampu berkontribusi secara nyata sebagai sumber daya pembangunan.
 
Dia kemudian mengingatkan generasi muda terkait demoralisasi. Menurut Bamsoet, demoralisasi generasi muda terlihat dari maraknya aksi kriminalitas, anarkisme, vandalisme, perilaku seks bebas, hingga penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda.
 
Bamsoet menyoroti data Badan Narkotika Nasional (BNN) yang mencatat bahwa selama periode 2022-2023, ada sekitar 4,8 juta penduduk usia produktif yang tercatat sebagai pengguna narkoba.
 
Bamsoet juga mengingatkan terkait mulai memudarnya identitas dan jati diri ke-Indonesiaan, khususnya di kalangan generasi muda bangsa.

"Nilai-nilai kearifan lokal seperti sopan santun, keberadaban sikap dan perilaku, mulai tergerus dan terpinggirkan oleh gaya hidup hedonis, individualis, egois, dan pragmatis," kata Bamsoet.
 
Di sisi lain Bamsoet menjelaskan, bangsa Indonesia dalam 22 tahun ke depan akan mencapai usia emas. Salah satu pilar yang ingin diwujudkan dalam visi Indonesia Emas 2045, kata dia, adalah pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
Dia pun mengajak masyarakat bersyukur karena konstitusi Indonesia memberikan mandat kepada negara untuk memprioritaskan anggaran pendidikan, yakni sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta APBD untuk memenuhi anggaran pendidikan nasional.
 
Menurut Bamsoet, alokasi anggaran tersebut berhasil meningkatkan akses pendidikan bagi rakyat.
 
"Berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development, pada tahun 2000 penduduk usia 15 tahun yang bersekolah pada jenjang SMP atau SMA hanya sebesar 39 persen. Pada tahun 2018, angka tersebut meningkat pesat menjadi 85 persen," terang Bamsoet.
 
Bamsoet menambahkan, Yayasan Indonesia Forum dalam Visi Indonesia 2030 memproyeksikan kekuatan ekonomi Indonesia mencapai posisi lima besar dunia pada tahun 2030.
 
Pada tahun itu, lanjut Bamsoet, bangsa Indonesia diproyeksikan berada pada posisi puncak bonus demografi, dengan tingkat pendapatan per kapita mencapai USD18.000 per tahun, terbesar kelima setelah China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

"Sementara dalam laporan 'Essential 2007' yang diterbitkan United Bank of Switzerland (UBS), diprediksi pada tahun 2025 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 di dunia dan pada tahun 2050, posisi Indonesia akan menempati urutan ke-5," paparnya.
 
Menurut Bamsoet, berbagai proyeksi tersebut menggambarkan besarnya potensi kekuatan perekonomian nasional dan kontribusi bonus demografi. Karena itu, momentum tersebut tidak boleh dilewatkan secara sia-sia.
 
Selain itu, Bamsoet mengatakan bangsa Indonesia juga perlu belajar dari pengalaman negara-negara yang telah mengoptimalkan periode bonus demografi, seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Jepang yang memanfaatkan bonus demografi di negaranya dengan mempersiapkan sumber daya manusia.

"Sehingga ketika berada pada fase bonus demografi, keberlimpahan penduduk usia produktif bertransformasi menjadi sumber daya pembangunan yang tidak hanya memiliki daya saing, kreatif, dan inovatif, namun juga memiliki karakter dan wawasan kebangsaan," ujar Bamsoet.

Baca juga: Bamsoet ingatkan tantangan potensi konflik saat kontestasi politik

Baca juga: Bamsoet jadi Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023