share ekspor AS terhadap Indonesia juga menurun hanya berkisar 10 persenJakarta (ANTARA News) - Kebijakan "fiscal cliff" atau kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja pemerintah Amerika Serikat tidak akan berpengaruh banyak terhadap perekonomian, khususnya ekspor Indonesia.
"Terkait dengan kebijakan fiscal cliff Amerika Serikat, tidak akan berpengaruh banyak di Indonesia, memang permintaan mereka terhadap barang impor akan menurun," kata Office of Chief Economics Bank Mandiri, Destry Damayanti, di Jakarta, Senin.
Destry menjelaskan, memang permintaan impor Amerika Serikat akan mengalami penurunan, namun, Indonesia telah memiliki banyak pasar baru untuk negara tujuan ekspor sehingga kebijakan tersebut tidak akan banyak berpengaruh.
"Indonesia memiliki peluang ekspor ke negara lain, jangan hanya melihat AS saja, karena share ekspor AS terhadap Indonesia juga menurun hanya berkisar 10 persen saja," kata Destry.
Destry menambahkan, Indonesia telah memiliki pasar baru untuk ekspor, khususnya pasar di kawasan Asia.
"Pemerintah juga telah berusaha untuk membuka pasar non-tradisional seperti di Afrika, Amerika Latin, untuk menanggulangi kurangnya permintaan barang dari AS dan Eropa," tandas Destry.
Dia mengharapkan, meskipun memang ada pengaruh akibat kebijakan tersebut namun tidak akan terlalu besar, para eksportir Indonesia harus bisa membuka pasar baru, dan memanfaatkan pasar dalam negeri Indonesia.
Amerika Serikat melakukan kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja guna menjauhkan negaranya dari risiko fiscal cliff.
Terdapat 10 poin dalam UU tersebut, dan salah satunya yaitu menaikkan pendapatan negara sebesar 620 miliar dolar dengan membebani kenaikan pajak lebih tinggi terhadap orang kaya.
(V003)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013