1,03 persen
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan laju inflasi pada Januari 2013 tercatat sebesar 1,03 persen, yang merupakan angka tertinggi sejak 2009.

"Inflasi bulan ini cukup tinggi dibandingkan bulan yang sama dalam empat tahun terakhir," ujarnya di Jakarta, Jumat.

Suryamin mengatakan laju inflasi pada Januari biasanya tercatat di bawah satu persen, bahkan pada Januari 2009 sempat terjadi deflasi sebesar 0,07 persen.

"Inflasi ini naik dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 0,76 persen, dan lebih tinggi dari 2009 yang tercatat deflasi," katanya.

Untuk itu, Suryamin mengharapkan para pengambil kebijakan dapat mengambil langkah untuk mengendalikan laju inflasi, yang telah tercatat tinggi, mulai awal tahun ini.

"Jadi sangat penting untuk mengendalikan harga mulai saat ini, agar inflasi dapat terkendali," ujarnya.

Menurut dia, berdasarkan komponen pengeluaran, kelompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar yaitu 3,39 persen yang diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,56 persen.

Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,46 persen, kelompok kesehatan 0,29 persen, kelompok sandang 0,25 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,05 persen.

"Komoditas yang dipengaruhi musim seperti sayuran, ayam, cabai, dan bawang, harganya kurang bersahabat pada Januari ini," kata Suryamin.

Dengan demikian, inflasi inti secara tahunan year on year (yoy) tercatat 4,57 persen dan inflasi kompenen inti Januari 0,36 persen serta inflasi komponen inti secara tahunan 4,32 persen.

Suryamin menambahkan dari 66 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 62 kota mengalami inflasi dan empat kota terkena deflasi.

Laju inflasi tertinggi tercatat di Sibolga sebesar 3,78 persen dan Sampit 2,91 persen. Sedangkan Pontianak mengalami inflasi terendah 0,01 persen.

"Rata-rata kota-kota lain di Indonesia mengalami inflasi satu hingga dua persen," katanya.

Sementara kota yang mengalami deflasi adalah Sorong 0,98 persen dan Manokwari 0,75 persen.

"Deflasi terjadi di kawasan Indonesia timur karena harga komoditas turun dan tarif angkutan udara telah normal," katanya.
(*)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013