Jakarta (ANTARA) - Ketua Kelompok Kerja Masalah Rokok dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Feni Fitriani Taufik menyebut pengaruh nikotin pada hormon dopamin memberi kebahagiaan semu bagi perokok.

"Kenapa susah berhenti merokok, karena ada nikotin sebagai salah satu bahan yang menyebabkan adiksi dalam rokok tersebut," kata Feni Fitriani Taufik dalam Konferensi Pers Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023 di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Senin.

Dokter spesialis paru di RSUP Persahabatan itu mengatakan nikotin sebagai kandungan rokok berperan memproses otak mengeluarkan hormon dopamin.

Dopamin sebenarnya masuk dalam kriteria hormon yang baik, sebab dapat merangsang rasa bahagia. Tapi dampak negatif yang timbul memicu sugesti perokok seakan-akan bisa lebih lancar berpikir dan berkonsentrasi.

Sedangkan rokok mengandung sekitar 7 ribu bahan berbahaya bagi tubuh dan 60 macam zat karsinogenik penyebab infeksi saluran napas atas sehingga pertumbuhan paru terganggu.


Baca juga: PDPI: Tidak ada batas aman untuk konsumsi rokok

"Rasa bahagia itu semu, karena membuat orang merasa bisa berpikir lebih konsentrasi dan mood lebih baik, itu penghargaan yang semu diperoleh perokok," katanya.

Sedangkan untuk bisa melepas jeratan rokok, dapat memberi pengalaman yang bikin sengsara dan tidak mudah, kata Feni menambahkan.

Tim ahli dari RSUP Persahabatan pernah meneliti pengaruh asap rokok pada bayi yang baru lahir dari kandungan ibu yang perokok aktif, ibu perokok pasif, dan ibu yang bukan perokok.

"Hasilnya, pada plasenta ibu perokok aktif dan pasif, sama-sama ditemukan nikotin," katanya.

Terhadap bayi yang lahir dari kandungan ibu perokok aktif, kata Feni, memiliki tubuh yang lebih pendek secara bermakna dibandingkan bayi normal.

"Intinya, dalam kehamilan pun rokok sudah sangat berpengaruh," katanya.

Baca juga: Kemenkes: Paparan asap rokok bisa sebabkan balita mengalami stunting

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023