Bandung (ANTARA News) - Instalasi pengolahan atau pembakaran sampah di bekas TPA Jelekong, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung `terlantar` dan menunggu kehancuran menyusul dihentikannya proses pembuangan sampah Kota Bandung ke tempat itu. "Alat pengolahan sampah itu proyek rugi, setahu saya sejak dulu tidak pernah digunakan secara bener (maksimal)," kata Hasan (30) warga Jelekong yang tengah menyabit rumput di lokasi bekas TPA Jelekong itu, Senin (12/6). Ia mengaku tahu persis pembangunan instalasi pembakaran sampah itu, namun ia tidak pernah melihat alat tersebut difungsikan secara maksimal. Meski kondisi alat tersebut masih cukup bagus, namun beberapa bagiannya sudah mulai rusak, seperti empat buah cerobong penutup kipas di pembuangan asapnya sudah mulai pecah. Cerobong yang dibuat dari rangka kayu albasia kualitas rendah serta ditutup asbes tersebut sudah pecahdirusak anak-anak kecil di sana. Sementara itu empat buah kipas yang ada di dalam cerobong itu juga terancam hilang karena tidak ada pengamanan sedikitpun. "Karena TPA Jelekong ini sudah ditutup, isntalasi pembakaran sampah itu fungsinya seperti `monumen` saja. Sayang sekali pembangunannya sia-sia," kata Hasan menambahkan. Selain itu ia juga khawatir alat menaikkan sampah yang posisinya seperti `jembatan` itu sering dinaiki oleh anak-anak setempat yang bermain-main di sana. Sementara itu cerobong ukuran besar yang sedianya untuk pembakaran sampah kini dibiarkan menganga. "Setahu saya instalasi itu disiapkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Tak tahu lah nasibnya mau bagaimana. Yang penting warga di sini tidak lagi dihantui bau busuk," kata Ny Eni (45) warga di sana yang mengaku lega karena tidak lagi bau busuk dan terbebas dari lalat. Sementara itu pantauan ANTARA, Senin, lokasi bekas TPA Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung itu keadannya lain dibanding tujuh bulan lalu. Sampah-sampah di sana sudah tertutup tanah dan membentuk lapangan seluas empat hektar. Di beberapa bagiannya `ditanam` paralon sebagai alat kontrol gas metan. Sedangkan bagian atasnya dibentengi dengan tembok yang dilapisi batu muka untuk mencegah longsor dan erosi. "Lokasi itu tidak lagi menjijikkan, anak-anak juga aman bermain di sana," tambah Ny Eni. (*)

Copyright © ANTARA 2006