Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengklaim emisi kendaraan yang ditimbulkan listrik lebih rendah daripada kendaraan berbahan bakar minyak meski ada perpindahan penghasil emisi ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

"Masalah pengurangan emisi ini banyak yang tanya ini benar enggak sih mengurangi emisi karena mobil listrik ini emisinya enggak ada, tetapi pindah ke PLTU? Betul pindah, tetapi emisinya lebih sedikit," kata Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin dalam media briefing di Jakarta, Rabu.

Rachmat mengklaim penggunaan baterai sebagai tenaga penggerak motor lebih efisien daripada bahan bakar minyak (BBM).

Ia pun mencontohkan sebuah mobil menghabiskan 1 liter bensin untuk mencapai jarak tertentu maka pada mobil listrik setara 1,2 kWh.

Perbedaan besarnya terletak pada emisi yang dihasilkan. Hitungannya, 1 liter bensin jika dibakar akan mengeluarkan 2,3 kg CO2. Sedangkan pada mobil listrik yang diasumsikan menggunakan energi 100 persen dari PLTU hanya akan menghasilkan emisi sebanyak 1,2 kg CO2.

"Why (kenapa)? Karena tadi, combustion engine (mobil BBM) itu tidak terlalu efisien,” jelasnya.

Selain emisi yang dihasilkan oleh kendaraan listrik lebih rendah, Rachmat juga mengakui bahwa mengumpulkan emisi yang dihasilkan oleh ratusan PLTU lebih mudah daripada emisi yang dihasilkan oleh knalpot kendaraan.

Untuk mengumpulkan emisi dari PLTU, kata dia, bisa menggunakan teknologi penangkap karbon, transisi energi, hingga memensiunkan PLTU batu bara. Hal itu jauh lebih mudah ketimbang mengurangi emisi dari knalpot kendaraan di Indonesia yang jumlahnya mencapai 150 juta unit, yakni 130 juta motor dan 20 juta mobil.

"Ini yang perlu disikapi juga bahwa satunya kayak ngumpulin receh, satunya gede. Jadi, lebih bisa handle yang gede-gede ini dan lagi dikerjain juga sama teman-teman untuk transisi dari energi green," ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Associate Reseacher International Council and Clean Transportation (ICCT) Tenny Kristiana menyebutkan terdapat pengurangan emisi gas rumah kaca yang signifikan dari penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bahkan dengan bauran energi.

Meski saat ini pihaknya masih menghitung besaran pengurangan emisi dengan beralih dari kendaraan menggunakan BBM (ICE) ke listrik di Indonesia, Tenny yakin emisi yang dihasilkan kendaraan listrik akan jauh lebih rendah.

Hal itu berdasarkan studi yang dilakukan di Tiongkok sebagai negara dengan konsumsi bahan bakarnya yang hampir menyerupai Indonesia. ICCT mencatat penurunan emisi di Tiongkok mencapai 40—60 persen. Sementara itu, di India sebanyak 30—50 persen.

"Kami sedang menghitung emisi khusus untuk Indonesia itu pada tahun 2035 dan 2050 itu berapa, dan kami segera merilis summer. Secara garis besar, kami menghitung juga pendataan mobil, menghitung dari sepeda motor juga. Hasilnya itu 50 persen terkurangi EV compare dengan ICE untuk mobil, sementara sepeda motor sekitar 30 persen," papar dia.

Baca juga: 50 tahun Indonesia-Korea Selatan, momentum untuk kendaraan listrik
Baca juga: Mewujudkan asa jadi pemain kunci EV dunia lewat Keketuaan ASEAN


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023