Jakarta (ANTARA) - Pakar Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Yeyen Anggraeni menjelaskan bahwa tidak semua plastik bisa digunakan ulang (reuse) karena beberapa mengandung bahan yang berbahaya untuk kesehatan.

"Beberapa orang berdalih menggunakan botol air mineral kemasan lebih dari sekali untuk mengurangi sampah plastik, padahal sudah jelas bahannya tidak bisa digunakan kembali untuk makanan atau minuman, hanya sekali pakai karena jenisnya PET atau recycle 1, artinya tidak bisa dipanaskan, apalagi reuse," kata Yeyen pada diskusi tentang limbah plastik yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Yeyen menjelaskan masyarakat bisa membedakan mana plastik yang bisa digunakan kembali dengan melihat angka di bagian belakang botol atau kemasan.

"Bisa dilihat kode di belakang botolnya, ada segitiga daur ulang dengan panah-panah melingkar dan kode angka di tengahnya, yang bisa digunakan kembali itu dengan kode 5 atau polypropylene (PP)," tuturnya.

Baca juga: Kelola bekas kemasan agar tak menjadi sampah

Baca juga: GIDKP hadirkan solusi gaya hidup guna ulang di Jakarta


Namun, Yeyen menjelaskan bahwa menurut beberapa sumber, bahan PP hanya dapat digunakan dalam waktu enam bulan saja, sehingga masyarakat harus tetap berhati-hati.

"Biasanya kalau produsen bagus sudah mencantumkan kode daur ulang tersebut, yang menjelaskan kategori misalnya bisa masuk microwave, bisa dipanaskan dengan suhu sekian, dan sudah tentu kodenya 5," ujar dia.

Adapun penjelasan kategori yang dimaksud Yeyen dari masing-masing kode angka yang tertera di balik botol, yakni 1 untuk polyethylane atau PET. Bahan ini bisa didaur ulang tetapi tidak bisa digunakan kembali, apalagi untuk makanan yang panas, tidak disarankan sama sekali.

"Kode 2, High Density Polyethylene atau HDPE, bisa dipakai ulang tapi hanya untuk satu kali pemakaian, itu rekomendasinya, sama seperti PET, contohnya botol-botol kemasan air mineral, shampo, dan kantong kresek," papar Yeyen.

"Kemudian kode 3, PVC atau polyvinyl chloride, yakni plastik yang tidak bisa didaur ulang dan agak keras, misalnya pipa air atau mainan anak, sangat tidak dianjurkan untuk dipanaskan, karena bahan kandungannya kalau terurai secara tidak sempurna bisa berbahaya, jika terhirup bisa menyebabkan gangguan pernafasan," lanjut dia.

Sementara kode 4, low density polyethylene atau LDPE, banyak digunakan untuk tempat makanan atau botol, bisa didaur ulang tetapi bahannya lebih lembek, dan bisa digunakan kembali, misalnya kantong belanja atau tempat makanan berupa mangkok plastik.

Selanjutnya kode 5, polypropylene atau PP, yang biasa digunakan untuk botol susu bayi, tumbler, atau kemasan makanan. Bahan jenis PP ini yang paling dianjurkan untuk digunakan kembali karena bisa dipanaskan.

Pada botol susu bayi, jenis plastik PP biasanya ditambah dengan keterangan BPA free, artinya tidak menggunakan bahan dengan bisphenol-A atau racun yang menyebabkan gangguan kesehatan.

Lalu, Kode 6, polystyrene atau PS, yang ada dalam gabus sintetis atau styrofoam, bahan ini sangat berbahaya apabila dipanaskan.

"Bahan styrofoam masih banyak yang menggunakan untuk menyimpan makanan, padahal ini sangat berbahaya untuk makanan panas apalagi kalau digunakan kembali, tidak disarankan sama sekali," kata Yeyen.

Terakhir yakni kode 7 atau other, yang terdiri dari macam-macam bahan, umumnya polycarbonate.

"Kode 7 ini biasanya di botol minum, tetapi sebenarnya botol minum mengandung bisphenol-a, kalau bahan plastiknya terurai tidak sempurna, lalu masuk ke makanan atau minuman, bisa menyebabkan gangguan kesehatan," kata Yeyen.

Untuk itu, Yeyen menyarankan masyarakat agar memiliki kesadaran diri dalam memilah bahan mana saja yang dapat digunakan ulang, dan merekomendasikan bahan plastik kode 5 apabila ingin menggunakannya berulang kali.*

Baca juga: AZWI dorong produsen gunakan lagi sistem "reuse" dan "refill"

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023