Minyak, oli yang dipakai kapal. Endapan minyak kan jadi seperti ini. Kemudian bercampur. Kan kalau bercampur dengan pasir ya seperti ini
Batam (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menindaklanjuti dugaan pencemaran limbah pembuangan kapal di wilayah pesisir Tanjung Bemban, Batam, Kepulauan Riau.
 
"Saya minta Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) melakukan investigasi kapal-kapal besar itu, kita duga mereka ini secara diam-diam mungkin tidak sengaja barangkali, mungkin mereka tidak sengaja melepas palka untuk dibersihkan itu biasanya yang berakibat pada seperti ini," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat ditemui di Batam, Kamis.
 
Trenggono mengakui telah menerima keluhan dari Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad soal pencemaran limbah di perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya yang cukup mengganggu masyarakat serta wisatawan.
 
Adapun limbah tersebut berwarna hitam padat dan berpasir menyerupai aspal yang berasal dari endapan minyak atau oli kapal.
 
"Minyak, oli yang dipakai kapal. Endapan minyak kan jadi seperti ini. Kemudian bercampur. Kan kalau bercampur dengan pasir ya seperti ini. Jadi seperti adonan," jelasnya.

Baca juga: Menteri KP segel wilayah reklamasi seluas 3.000 meter persegi di Batam

Baca juga: Trenggono: PP 26/2023 dibuat untuk kepentingan bangsa dan negara
 
Ia melanjutkan Kepulauan Riau menjadi lokasi pembuangan limbah kapal karena perairan di kepulauan ini merupakan lokasi bermuara kapal-kapal besar serta berdekatan dengan negara Singapura yang merupakan hub atau simpul jaringan transportasi menuju negara-negara lain.
 
"Karena hub itu tadi, jadi kita mau tidak mau terdampak. Kebetulan ini kan dekat dengan Singapura," tambahnya.
 
Pihaknya pun telah mengumpulkan bahan (cemaran) dan keterangan pengambilan gambar, sampel air laut dan padatan untuk langkah tindak lanjut.
 
Serta melengkapi teknologi pemantauan termasuk pemantauan bawah air menggunakan drone bawah air serta satelit nano yang ditargetkan selesai pada 2024.

Termasuk mengembangkan platform Command Center hingga 80 persen untuk memonitor dan pengendalian.

Command center merupakan platform berbasis pada integrasi data dari berbagai sumber yang dapat menampilkan data secara daring dan waktu sesungguhnya.

Baca juga: Trenggono: Regulasi hasil sedimentasi laut untuk lindungi ekosistem

Baca juga: Menteri KP: Proyek percontohan rumput laut Wakatobi dibangun tahun ini

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023