Hong Kong (ANTARA) - Mengenakan atasan dan celana warna putih, Linda Fung berdiri tanpa alas kaki di sebuah ruangan yang tenang untuk memulai kelas Taichi-nya.

Bagi mantan balerina yang beralih menjadi praktisi Taichi ini, olahraga yang populer di dunia itu lebih dari sekadar seni bela diri China kuno yang pada 2020 didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

"Taichi bukan hanya tentang keterampilan dan teknik, tetapi juga mengenai seluruh rangkaian pemikiran yang berkonotasi dengan budaya tradisional China," kata warga asli Hong Kong itu saat mengungkapkan kisahnya dalam memasuki dunia Taichi, kepada Xinhua.

Fung baru berlatih Taichi sekitar 10 tahun silam.  Berkat latar belakangnya sebagai penari balet, Fung bisa cepat mempelajari dan menguasai Taichi dengan baik.

Pada usia 12 tahun, Fung mengawali berlatih balet. Dia selalu berusaha untuk sempurna dan terus menari meskipun kerap sakit dan nyeri. Usahanya itu terbayarkan sampai kemudian dua kali mendapat kesempatan beasiswa melanjutkan studi di luar negeri.
 
   Linda Fung tengah mengajarkan Taichi kepada murid-muridnya di Hong Kong, China selatan, pada 20 Mei 2023. (Xinhua/Chen Duo)


Setelah kembali ke Hong Kong, dia menjadi penari utama di Hong Kong Ballet.  

Meskipun Fung dibesarkan oleh sebuah keluarga China yang teguh memegang tradisi, sejak kecil dia sudah tertarik kepada seni dan gaya hidup Barat. "Saya menganggapnya trendi dan keren," kata dia.

Dia lalu dinikahi seorang pria berkewarganegaraan Selandia Baru yang bekerja sebagai pengacara di Hong Kong.  Dari situlah, dia pada dasarnya mulai menjalani gaya hidup Barat.

Titik balik dalam hidupnya terjadi ketika Fung merencanakan pendidikan putranya. Dia menyadari pentingnya menguasai bahasa Mandarin dan memutuskan mencari tempat belajar yang cocok bagi putranya. Saat itu, Fung bertemu dengan Xing Qilin yang datang ke Hong Kong untuk mempromosikan budaya Taichi.

Xing adalah keturunan generasi keempat dari Taichi gaya Lee yang terkenal, sekaligus pendiri Tian Zhen Yuan, sebuah sekolah di Kota Tianjin, China utara, yang fokus mengajarkan budaya Taichi dan mengintegrasikannya ke dalam pendidikan budaya tradisional China.

Fung menemani putranya menghadiri kelas di Tian Zhen Yuan. Di luar dugaannya, putra Fung sangat menyukai kelas tersebut. Fung pun belajar bersama putranya dan pengetahuannya tentang Taichi pun bertambah.

Dahulu, Fung menganggap Taichi olahraga yang hanya dilakukan kaum lansia di taman-taman. Tapi kini, dia melihat adanya budaya yang kental di dalam Taichi.

 
   Linda Fung tengah mengajarkan Taichi kepada murid-muridnya di Hong Kong, China selatan, pada 20 Mei 2023. (Xinhua/Chen Duo)


Sepuluh tahun terakhir ini Fung rajin berlatih dan mempromosikan Taichi. Musim panas lalu, penampilannya dalam sebuah panggung di Pusat Kebudayaan Hong Kong telah membuatnya semakin paham apa itu Taichi.

Pertunjukan bertajuk "Ji" tersebut memadukan Taichi dengan berbagai bentuk seni pertunjukan termasuk musik, pencahayaan, tarian modern, dan nyanyian paduan suara anak-anak untuk menampilkan pemikiran budaya tradisional China.

Sebagai salah satu penampil dalam pertunjukan itu, Fung membawakan tarian Taichi bersama Xing, yang telah berlatih Taichi selama lebih dari 60 tahun, dan di situlah dia menemukan perbedaan besar antara balet dan Taichi.

Para penari dalam pertunjukan balet hanya mengikuti musik, sedangkan dalam pertunjukan Ji, kekuatan dan gerakan Xing memainkan peran dominan.

"Seperti inilah Taichi," kata Fung.  Pada akhir pertunjukan, dia bahkan bisa merasakan ritme napas penonton yang selaras dengan gerakan para penari.

Penari balet menggunakan tubuh mereka guna menafsirkan cerita dan kadang-kadang harus menantang batas fisik mereka, tutur Fung, sementara Taichi bertujuan mengolah tubuh dan menghemat energi.

Melalui latihan Taichi, tubuh Fung yang kerap cedera akibat latihan balet bertahun-tahun, pun membaik.

Fung masih menyukai balet dan menyakin promosi budaya lintas genre sangatlah berarti. Sebagai sebuah pusat pertukaran budaya dan seni antara China dan negara-negara asing, Hong Kong tidak hanya menjadi jendela untuk menyerap seni Barat, tetapi juga menjadi satu platform guna menyebar luaskan budaya China.

 
  Linda Fung tengah mengajarkan Taichi kepada murid-muridnya di Hong Kong, China selatan, pada 20 Mei 2023. (Xinhua/Chen Duo)


"Saya sudah berkelana ke luar selama separuh hidup saya dan kini saya belajar lagi mengenali diri saya. Saya orang China tetapi rasanya tidak pernah belajar banyak tentang budaya tradisional China," kata Fung, seraya mengaku kini sudah berada di jalur menemukan akarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Fung disemangati oleh teman-temannya agar menawarkan kelas Taichi.

Sejauh ini, dia memiliki lebih dari 100 murid yang banyak di antaranya warga asing yang tinggal di Hong Kong. Beberapa lainnya adalah penari balet.

Fung menuturkan bahwa mengajarkan teori Taichi kepada murid-murid telah membantunya memhami Taichi dengan lebih baik lagi.

"Saya harap bisa menjalankan peran saya untuk membuat semakin banyak orang yang menyelami seluk-beluk budaya Taichi," pungkas dia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023