Geladak Kapal Tan Suo Yi Hao (ANTARA) - Minggu pagi pekan lalu waktu setempat, kapal penelitian ilmiah China Tan Suo Yi Hao (Discovery One) yang membawa kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior), mencapai Sanya di Provinsi Hainan, China selatan, untuk menyimpulkan keberhasilan misi penyelidikan arkeologis laut dalam.

Selama lebih dari 20 hari, kapal selam pembawa tim arkeologis gabungan tersebut berhasil mengumpulkan 200 lebih peninggalan budaya berusia sekitar 500 tahun dari situs dua bangkai kapal kuno sekitar 1.500 meter di bawah permukaan Laut China Selatan.

Di antara penemuan itu, terdapat jangkar besi sepanjang satu meter, sebuah kotak yang awalnya diselidiki sebagai terbuat dari  kayu, dua balok kayu, dan berbagai barang keramik, seperti guci porselen biru-putih, piring porselen biru-putih, dan mangkuk kaca putih.


MISI YANG BELUM PERNAH DILAKUKAN SEBELUMNYA

Misi kapal selam ini adalah tahap pertama dari penyelidikan arkeologis bawah laut yang lebih luas yang fokus kepada dua bangkai kapal. Misi ini dikerjakan oleh para ilmuwan dan teknisi China di atas kapal penelitian Tan Suo Yi Hao.

Bangkai kapal itu pertama kali ditemukan pada Oktober 2022 oleh Shenhai Yongshi setelah melakukan sekitar 500 penyelaman eksploratif.  Bangkai-Bangkai kapal itu diidentifikasi berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan kemudian dinamai bangkai kapal No.1 dan No.2 di dekat landas benua barat laut perairan Laut China Selatan.

Bangkai kapal yang kondisinya relatif utuh itu menyimpan sejumlah besar peninggalan budaya bernilai sejarah, ilmiah, dan artistik yang penting. Penemuan ini bukan hanya terobosan besar bagi arkeologi laut dalam China, tetapi juga penemuan arkeologis besar pada tingkat global.

Menurut Yan Yalin, direktur departemen arkeologi Administrasi Warisan Budaya Nasional (NCHA), penemuan ini menunjukkan fakta sejarah bahwa leluhur bangsa China telah mengembangkan, memanfaatkan dan melakukan perjalanan dari dan ke Laut China Selatan. Penemuan ini bersumbangsih pada penelitian sejarah maritim China, sejarah keramik, sejarah perdagangan luar negeri dan studi Jalur Sutra Maritim.

Untuk melakukan penyelidikan arkeologis ini, sebuah tim arkeologi gabungan yang terdiri dari sekitar 30 orang, termasuk para arkeolog dan para pakar geofisika, geologi kelautan, biologi kelautan dan elektromekanik itu dikumpulkan dan penyelidikan arkeologi tiga tahap pun diluncurkan.

Misi ini baru kali ini dilakukan.

China mengawali eksplorasi arkeologis bawah lautnya pada periode 1980-an, tetapi sebagian besar misi dilakukan di daerah-daerah pesisir yang dangkal, sekitar 40 meter di bawah permukaan laut. Pada 2018 dan 2022, China melakukan dua penyelidikan arkeologis laut dalam sehingga membuka babak baru arkeologi laut dalam negara tersebut.

Namun, misi kali ini amat menantang.

Masifnya temuan arkeologis di situs tersebut menimbulkan tantangan tertentu. Selain bangkai kapal, sejumlah besar benda-benda terbuat dari keramik dan tembikar, serta sejumlah potongan kayu, ditemukan tersebar di area seluas sekitar 10.000 meter persegi, berada di dasar laut yang terletak sekitar 1.500 meter di bawah permukaan laut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023