Dolar AS melemah secara luas di awal sesi Asia pada Selasa pagi....
Singapura (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) melemah secara luas di awal sesi Asia pada Selasa pagi, tetapi diperdagangkan dalam kisaran sempit, karena investor tetap berhati-hati menjelang data inflasi utama AS akan dirilis hari ini tepat ketika Federal Reserve memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari.

Laporan inflasi konsumen (IHK) Departemen Tenaga Kerja AS diharapkan menunjukkan bahwa inflasi sedikit menurun pada Mei, yang dapat memberikan ruang bagi Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif ketika mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu (14/6).

Pasar saat ini memperkirakan peluang 80 persen bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu ini, menurut alat CME FedWatch.

Ekspektasi tersebut membuat sentimen risiko tetap tinggi, menyematkan dolar AS di dekat posisi terendah multi-minggu terhadap dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko.

Aussie terakhir diperdagangkan 0,04 persen lebih tinggi di 0,6753 dolar AS, setelah mencapai puncak satu bulan di 0,6774 dolar AS di sesi sebelumnya. Kiwi stabil di 0,6123 dolar AS, tidak jauh dari puncak Senin (12/6) di 0,6153 dolar AS, tertinggi sejak 24 Mei.

"Jika inflasi berada di atas konsensus, maka saya pikir pasar dapat memberikan peluang lebih besar untuk kenaikan suku bunga Fed minggu ini," kata Joseph Capurso, Kepala Ekonomi Internasional dan Berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia.

"(Tapi) saya pikir Fed mungkin tidak akan menaikkan ... dan mereka akan terdengar agak dovish, dan itu akan mendorong dolar AS turun lagi," katanya pula.

Sementara itu, sterling naik 0,07 persen menjadi 1,2520 dolar AS, setelah mencapai puncak satu bulan di 1,2600 dolar AS sehari sebelumnya di tengah komentar hawkish oleh pembuat kebijakan Bank Sentral Inggris, yang mengatakan suku bunga mungkin akan naik lebih lanjut karena inflasi masih kuat.

Euro naik 0,04 persen menjadi 1,0760 dolar AS, dengan para pedagang juga fokus pada keputusan suku bunga Kamis (15/6) dari Bank Sentral Eropa (ECB), setelah pertemuan kebijakannya.

"Kenaikan suku bunga 25 basis poin dari ECB pada pertemuan kebijakan minggu ini dianggap sebagai sebuah kesepakatan," kata Jane Foley, Kepala Strategi Valas di Rabobank.

"Secara luas diasumsikan bahwa ECB mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga yang berarti bahwa pasar akan mencoba untuk mengevaluasi tidak hanya seberapa tinggi suku bunga akan bergerak, tapi berapa lama mereka akan bertahan di puncaknya," kata dia.

Terhadap yen Jepang, dolar AS naik 0,02 persen menjadi 139,63.

Indeks dolar AS sedikit lebih tinggi ke 103,59, setelah jatuh ke 103,24 pada Senin (12/6), terendah sejak 23 Mei.

Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter pada Jumat (16/5), yang diperkirakan akan mempertahankan sikap ultra-dovish dan pengaturan kontrol kurva imbal hasil (YCC).

"Kami sekarang memperkirakan BoJ untuk mengubah kebijakan YCC pada Juli, tetapi seperti di masa lalu, hal itu dapat mempengaruhi perubahan ini tanpa memberi sinyal sebelumnya," kata Chong Hoon Park, Kepala Riset Ekonomi Korea dan Jepang di Standard Chartered Bank.

"Bank sentral kemungkinan akan terus mengirim pesan dovish atau tidak berniat mengubah kebijakan sampai berubah arah," katanya pula.

Di Asia, Bank Sentral China memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin menjadi 1,90 persen dari 2,00 persen pada Selasa, membuat yuan jatuh di pasar luar negeri.
Baca juga: Dolar naik di Asia didorong optimisme kesepakatan plafon utang AS
Baca juga: Ketidakpastian perihal "debt ceiling" di AS menguntungkan dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023