Frankfurt (ANTARA) - Sejumlah maskapai yang mengoperasikan penerbangan penumpang di dalam dan sekitar Jerman merasa cemas seiring adanya latihan skala besar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) hingga menyebabkan sebagian besar wilayah udara Jerman ditutup atau dibatasi.

"Air Defender 23", latihan pengerahan angkatan udara terbesar NATO yang melibatkan 10.000 personel militer dan 250 pesawat tempur dari 25 negara, dimulai pada Senin (12/6) dan akan berlangsung hingga 23 Juni.

Menurut juru bicara badan pengendalian lalu lintas udara Jerman, latihan yang sebagian besar dilakukan di wilayah udara Jerman itu akan berdampak signifikan terhadap penerbangan penumpang.

Para penumpang harus menghadapi kemungkinan penundaan, waktu penerbangan yang lebih lama, dan pembatalan selama periode dua pekan itu

Akibatnya, hingga 800 penerbangan penumpang harus dialihkan rutenya dan sekitar 40 persen di antaranya harus menempuh jarak sekitar 110 km lebih jauh, kata juru bicara itu.
 
   Seorang calon penumpang memperhatikan jadwal penerbangan yang ada pada salah satu bandara di Jerman. NATO menggelar latihan angkatan udara terbesar yang melibatkan 10.000 personel militer dan 250 pesawat tempur dari 25 negara pada 12-23 Juni. Latihan yang sebagian besar dilakukan di wilayah udara Jerman itu akan berdampak signifikan terhadap penerbangan penumpang. (Xinhua)


Ajang unjuk kekuatan militer oleh NATO itu digelar di saat krisis Ukraina berkecamuk.

"Jika mereka ingin menggunakan manuver untuk mendemonstrasikan, untuk mengintimidasi pihak lain, mereka selalu menggunakan cara yang salah," kata Thomas Wefing, salah satu warga setempat yang turun ke jalan menentang latihan militer NATO itu.

NATO mengeklaim bahwa latihan tersebut, yang diluncurkan pada 2018, tidak menyasar pihak mana pun. Namun, Wefing mengatakan kepada Xinhua bahwa dia yakin latihan tersebut akan memprovokasi Rusia dan mengeskalasi situasi di Ukraina.

Senada dengan kekhawatiran Wefing, Egon Roth, seorang pengunjuk rasa lainnya, yakin bahwa krisis Ukraina hanya dapat diselesaikan secara diplomatik, alih-alih menggunakan senjata.

Jochen Scholz, seorang pakar keamanan sekaligus mantan perwira militer, khawatir latihan militer tersebut akan dieksploitasi untuk menanamkan gagasan yang salah bahwa Rusia mengancam keamanan Eropa.

"Bukan Rusia yang menjadi ancaman bagi Eropa, tetapi Amerika Serikat, karena negara itu melihat dominasi di benua Eurasia sebagai prasyarat bagi dominasi globalnya," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023