PLTS atap merupakan salah satu program untuk mengisi gap pencapaian target bauran EBT,
Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM menyebutkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap dapat menjadi salah upaya mengatasi kesenjangan atau gap pencapaian target energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, mengatakan potensi PLTS atap di Indonesia sangat besar, yakni mencapai 32,5 GW.

Sementara itu pemanfaatan PLTS atap, berdasarkan catatan per Mei 2023, sebesar 95 MW dari 7.075 pelanggan, yang terdiri atas golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah.

"PLTS atap merupakan salah satu program untuk mengisi gap pencapaian target bauran EBT," katanya saat peresmian PLTS atap di Kantor Pusat PT Blue Bird Tbk, Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Baca juga: PLN pastikan tak membatasi pemasangan PLTS atap oleh pelanggan

Menurut Feby, PLTS atap menjadi solusi pemanfaatan energi terbarukan di perkotaan yang lahannya terbatas, sekaligus menjadi peluang bagi seluruh pihak untuk turut berkontribusi dalam pengembangan energi terbarukan

Di sisi lain, sektor bisnis dan komersial seperti perkantoran memiliki konsumsi energi yang cukup besar.

Tren global saat ini menuntut perkantoran menerapkan net zero energy building melalui inovasi dan terobosan yang dapat meminimalkan penggunaan energi dan memenuhi konsep green environment.

Oleh karena itu, Feby menyebut pemanfaatan PLTS atap lebih mudah diterapkan dan dapat menjadi salah satu pilihan optimal di sektor bisnis untuk mengurangi penggunaan energi dengan memanfaatkan energi yang berasal dari panel surya tersebut.

"Cukup banyak faktor yang semakin memudahkan kita untuk memanfaatkan PLTS atap antara lain perkembangan teknologi, tersedianya beragam alternatif skema pembiayaannya, serta fleksibilitas skala aplikasi PLTS atap dalam beragam skala sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan memasang PLTS atap, pelaku bisnis dapat menggantikan sebagian kebutuhan listriknya di siang hari menjadi energi terbarukan sekaligus menghemat tagihan listrik," jelasnya.

Baca juga: Pemerintah terus tingkatkan pemanfaatan energi surya

Feby pun mengapresiasi inisiatif Blue Bird memanfaatkan PLTS untuk mengurangi emisi dan berharap PLTS atap menjadi role model khususnya perusahaan penyedia transportasi lainnya dan secara umum untuk sektor bisnis atau komersial.

Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono menyampaikan penggunaan PLTS atap merupakan salah satu inisiatif perusahaan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan sejalan dengan komitmen visi berkelanjutan perusahaan yaitu pengurangan emisi hingga 50 persen pada 2030.

"Inisiatif implementasi panel surya telah kami rencanakan sejak peluncuran visi keberlanjutan perusahaan pada tahun lalu yang bertepatan dengan Hari Bumi. Kami menyadari bahwa pengurangan emisi untuk menjadikan kualitas udara lebih sehat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melakukan transisi energi bersih dengan memanfaatkan cahaya Matahari," tuturnya.

Selain itu, Adrianto juga menyatakan perusahaan siap mengoptimalkan panel surya pintar dengan daya sebesar 215,6 kWp yang diproyeksikan dapat mereduksi lebih dari 2.000 ton emisi karbon per tahun.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023