Washington (ANTARA) - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), pada Rabu (14/6) memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan, namun mengisyaratkan lebih banyak kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun.

Dengan inflasi yang masih tinggi dan sektor perbankan di bawah tekanan, The Fed menghadapi sejumlah pilihan sulit ke depan.

Sejak dimulainya siklus pengetatan ini pada Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali berturut-turut, dengan peningkatan kumulatif sebesar 500 basis poin, laju kenaikan suku bunga tercepat sejak 1980-an.

Mulai tahun ini, The Fed telah memperlambat laju kenaikan suku bunga, menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin di masing-masing dari tiga pertemuan terakhirnya. Setelah pertemuan pada Mei, kisaran target suku bunga acuan tercatat di angka 5 hingga 5,25 persen.

"Mempertahankan kisaran target stabil pada pertemuan ini memungkinkan Komite untuk menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), badan pengaturan kebijakan The Fed, dalam pernyataan yang dikeluarkan usai pertemuan kebijakan yang berlangsung dua hari.

Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan yang mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen seiring berjalannya waktu,

"Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambatan progres di mana kebijakan moneter memengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan," papar pernyataan itu.

Desmond Lachman, senior fellow di American Enterprise Institute yang juga mantan pejabat di Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan bahwa masuk akal bagi The Fed untuk mengambil jeda, guna melihat apa dampak penuh dari kebijakan-kebijakan moneternya nanti.

Jeda juga masuk akal karena adanya tanda-tanda bahwa ekonomi sedang mendingin; karena ada tekanan yang cukup besar dalam sistem keuangan akibat kenaikan suku bunga yang tajam; dan karena jumlah uang yang beredar kini menyusut, ujar Lachman.

The Fed telah mendorong suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun, semakin menghambat pertumbuhan ekonomi AS. Produk Domestik Bruto (PDB) riil tumbuh di tingkat tahunan sebesar 1,1 persen pada kuartal pertama, turun tajam dari 2,6 persen pada kuartal keempat tahun lalu.

Meski pasar tenaga kerja tetap kuat, kepercayaan konsumen turun pada Mei.

"Pandangan konsumen terhadap kondisi saat ini menjadi kurang optimistis sementara ekspektasi mereka tetap suram," ujar Ataman Ozyildirim, Direktur Ekonomi Senior The Conference Board.

"Penilaian mereka terhadap kondisi ketenagakerjaan saat ini menunjukkan penurunan yang paling signifikan."
 
   Kenaikan suku bunga agresif The Fed juga mengguncang sektor perbankan, memicu penutupan Silicon Valley Bank dan Signature Bank pada Maret dan selanjutnya First Republic Bank pada awal Mei.


Dean Maki, kepala ekonom di pengelola investasi global (hedge fund) Point72 Asset Management, mengatakan kegagalan bank tersebut pada Maret membuat The Fed "mendaki dengan kurang agresif" daripada yang seharusnya.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023