Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Pemerintah Korea Selatan bersinergi memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) di industri manufaktur.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko S.A. Cahyanto mengatakan peluang kerja sama Indonesia dan Korea Selatan di sektor industri masih perlu terus dioptimalkan untuk memberikan manfaat yang komprehensif bagi kedua negara.

"Kemenperin mendorong pemerintah agar bersama-sama dengan perwakilan bisnis dan pelaku industri dari kedua negara untuk secara aktif menggali potensi dan keterlibatan ekonomi yang lebih dalam, terutama dalam kerja sama industri," katanya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Eko mengatakan untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060, Pemerintah RI juga tengah menerapkan lima prinsip utama, yaitu peningkatan pemanfaatan EBT, pengurangan energi fosil, pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS), peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, serta pengembangan infrastruktur kendaraan listrik di sektor transportasi.

"Selain itu, Pemerintah Indonesia sedang mengupayakan tercapainya nationally determined contribution (NDC) berupa penurunan emisi CO2 sebesar 358 MtCO2 pada tahun 2030,” ujar Eko.

Target NZE dan NDC tersebut dapat tercapai melalui strategi dekarbonisasi, di antaranya implementasi peraturan pemerintah terkait pengembangan energi baru terbarukan, upaya mengganti dan mencari alternatif lain penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Serta pemanfaatan CCS oleh sektor industri minyak dan gas, penerapan manajemen energi, penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik, dan penerapan Minimum Energy Performance Standards (MEPS).


Baca juga: Kemenperin: Perlu kerja sama pasok EBT di "eco industrial park"

Baca juga: SKK Migas genjot produksi gas bumi persiapan transisi menuju EBT

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023