Jakarta (ANTARA News) - Sampai saat ini perwakilan Indonesia di Thailand belum menerima pemberitahuan secara resmi dari otoritas di Thailand tentang laporan yang menyebutkan bahwa seorang Warga Negara Indonesia (WNI) tertangkap di Narathiwat, Thailand selatan, Jumat. "Kami masih mencari klarifikasi pada otoritas setempat apakah yang ditangkap itu benar-benar warga negara Indonesia," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Departemen Luar Negeri (Deplu) Ferry Adamhar kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu. Selain untuk memastikan status orang yang ditangkap itu adalah warga negara Indonesia, perwakilan RI di Thailand juga akan berupaya memberikan akses konsuler secepatnya jika status yang bersangkutan sudah dipastikan WNI. Menurut Ferry, hingga tiga jam sebelum berita ini diturunkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok Thailand masih belum mendapat pemberitahuan resmi dari otoritas Thailand tentang penangkapan itu. Perwakilan RI di Songkhla --Konsulat Jenderal RI Songkhla-- sudah mengirimkan tim ke wilayah yang disebut-sebut sebagai tempat penangkapan untuk mencari klarifikasi. Sementara itu menurut Reuters, Jumat (16/6), seorang warga Indonesia ditahan bersama dengan peralatan pembuatan bom di wilayah Thailand selatan, sementara ledakan-ledakan kecil melukai paling tidak lima orang di sana, kata polisi. Pria itu, yang diidentifikasi polisi sebagai Sabri bin Emaeruding (37) dari Sumatera, ditangkap dalam satu operasi Jumat subuh. Di wilayah itu, lebih dari 1.300 orang tewas dalam dua tahun aksi perlawanan. Sabri memiliki satu kilogram pupuk urea dan dua kilogram paku-- yang biasa digunakan untuk membuat bom-- dan dituduh memasuki negara itu secara tidak sah. Ia akan ditahan untuk pemeriksaan lebih jauh, kata polisi. Pada hari Jumat, sebuah bom kecil yang disembunyikan di bawah sebuah truk meledak dekat sebuah kedai teh di Propinsi Yala, Thailand selatan, mencederai sopir, isterinya dan tiga orang lainnya, kata polisi. Bom-bom kecil juga meledak di toilet-toilet di lima stasiun kereta api di tiga propinsi, Yala, Pattani dan Narathiwat dekat perbatasan Malaysia, pusat perlawanan separatis, tapi tidak ada yang cedera, kata polisi. Ledakan-ledakan di wilayah yang menggunakan bahasa Melayu itu terjadi sehari setelah satu gelombang serangan bom, yang menurut PM Thailand Thaksin Shinawatra, pasukan keamanan tahu akan terjadi aksi itu tetapi gagal mencegahnya. Paling tidak dua orang tewas dan 16 lainnya cedera akibat serangan-serangan itu. Polisi mengatakan warga Indonseia itu ditangkap dalam satu operasi terhadap kelompok garis keras yang berada di belakang paling tidak 41 serangan bom, Kamis.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006