Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu mengemukakan Indonesia masih menyisakan persediaan vaksin COVID-19 sebanyak 5 juta dosis yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir 2023.

"Kebijakan vaksinasi COVID-19 sampai akhir tahun belum menghabiskan sisa stok vaksin yang mencapai 5 juta," kata Maxi Rein Rondonuwu dalam Dialog FMB9 bertajuk "Resmi, COVID-19 Menjadi Endemi" yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan persediaan vaksin merek IndoVac dan InaVac itu bersumber dari kemampuan produksi dalam negeri yang melibatkan perusahaan farmasi PT Bio Farma dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

"Dua perusahaan tersebut telah menyokong kemampuan nasional dalam memperoleh vaksin COVID-19 sejak awal 2023," katanya.

Baca juga: PB IDI tetap sarankan vaksin ke-4 meski COVID-19 berstatus endemi

Maxi mengatakan pemanfaatan persediaan vaksin pada masa endemi sedang dibahas bersama pihak terkait dari kalangan epidemiolog serta Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI).

Poin pembahasan itu berkaitan dengan proses integrasi layanan vaksinasi COVID-19 ke dalam program rutin nasional, interval penyuntikan, sasaran peserta, hingga mekanisme pembiayaan.

Pembahasan itu merujuk pada panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengarahkan pemberian vaksin COVID-19 kepada kelompok berisiko, seperti lansia dan mereka yang berkomorbid.

"Untuk mereka yang belum mengakses vaksinasi primer, pemerintah akan menanggung biayanya," kata dia.

Baca juga: Pakar ilmu kesehatan minta vaksin COVID-19 tetap gratis saat endemi

Maxi menargetkan ketentuan terkait vaksinasi COVID-19 pada masa endemi akan rampung pada 2024.

Pada agenda yang sama, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan produksi vaksin dalam negeri merupakan kebijakan strategis di tengah ancaman COVID-19 yang masih ada pada masa endemi sekarang.

"Transisi dari fase akut ke status endemi yang benar-benar terkendali itu butuh 20 hingga 30 tahun. Artinya, kebutuhan vaksin akan selalu ada terutama yang primer bagi anak-anak," katanya.

Ia mengatakan ketergantungan pada produksi impor membuat Indonesia menjadi negara tertinggal karena kemampuan produksi vaksin yang tidak mudah.

Baca juga: Vaksinasi COVID-19 jadi program rutin pemerintah saat endemi

Menurut Dicky, terdapat tiga skenario yang dapat mengubah status pandemi ke endemi, yakni karena vaksin dan obat atau ada faktor yang membuat perilaku virus berubah.

"Begitu banyak dampak vaksin, termasuk penurunan kematian sampai 47 persen dan penurunan kasus baru sekitar 37 persen," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023