Aku tidak dapat menangis lagi karena air mataku menguap.
Beijing (ANTARA) - Hujan lebat, cuaca panas,  dan hujan es akibat cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir telah merenggut korban jiwa, menimbulkan kerusakan infrastruktur dan pangan, serta mengancam ketersediaan hewan ternak di seantero China.

Hujan lebat memicu banjir bandang yang merenggut satu korban jiwa dan mengakibatkan dua orang hilang di Daerah Otonomi Mongolia Dalam di utara China pada Minggu (2/7), sebut jaringan televisi CCTV pada Senin.

Berbagai daerah di China utara dilanda cuaca panas yang terjadi lebih awal dari biasanya dan mencakup area lebih luas, kata  Pusat Iklim Nasional (NCC).

Kondisi ini diperkirakan berlangsung sampai 10 hari ke depan, sehingga 1,4 miliar penduduk China semakin mengkhawatirkan  dampak perubahan iklim.

Warga mengungkapkan keluh kesahnya atas cuaca panas ini lewat media sosial.

Baca juga: EEA peringatkan "kenormalan baru" di Eropa akibat pemanasan global

“Aku bosan mendengar kata ‘suhu panas'”,  tulis seorang pengguna media sosial.

“Aku sudah  tak bisa menangis  karena air mataku sudah habis,” kata warga lain.

Petugas penyelamat di berbagai daerah di selatan China, termasuk Provinsi Guizhou, terus berusaha mengungsikan penduduk dan hewan ternak ke tempat yang aman dari banjir dan tanah longsor sejak Jumat pekan lalu, lapor CGTN.

Hujan deras yang mengguyur beberapa wilayah di Provinsi Yunnan sepanjang akhir pekan lalu, membuat sejumlah kendaraan terseret arus di jalan-jalan yang sudah menjelma menjadi sungai.

Di Provinsi Sichuan, banjir lumpur pekan lalu merenggut sejumlah nyawa.

Baca juga: El Nino bisa picu suhu Bumi capai terpanas tahun ini

Biro Penanganan Keadaan Darurat Provinsi Hunan melaporkan 95.399 orang dan 6.648,34 hektar lahan pertanian terdampak banjir di Xiangxi.

Bencana itu menimbulkan kerugian sebesar 79 juta dolar AS (Rp1.19 triliun).

Selama berpekan-pekan, ahli meteorologi memperingatkan kemungkinan konveksi cuaca yang kuat disertai badai petir.

Terlihat dalam sebuah video yang diunggah di media sosial, badai es di Provinsi Heilongjiang pada Sabtu pekan lalu membuat kaca jendela pecah.

Sementara itu, John Kerry, utusan khusus presiden Amerika Serikat untuk urusan iklim, akan mengunjungi China dalam waktu dekat untuk menggelar beberapa pertemuan.

Baca juga: Taiwan gelar latihan militer hadapi invasi China

Sumber: Reuters



Penerjemah: Uyu Septiyati Liman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023