Suhu udara yang dirasakan masyarakat lebih panas dari hari biasanya disebabkan peralihan dari musim hujan ke kemarau dan posisi matahari yang mendekati semakin mendekati ekuator, dimana saat ini berada terdekat di Sumbar,"
Padang (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Barat menyatakan suhu udara di provinsi Sumbar saat ini di atas normal dengan perkiraan puncaknya satu minggu menjelang akhir Maret 2013.

Prakirawan Cuaca BMKG Sumbar Rudi di Padang, Selasa, mengatakan dari pemantauan satelit, suhu udara di provinsi itu memang sedikit di atas normal.

Namun, katanya, diperkirakan suhu tersebut akan terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan dengan puncaknya pada 22-23 Maret 2013, dan baru akan normal kembali pada akhir bulan tersebut.

"Suhu udara yang dirasakan masyarakat lebih panas dari hari biasanya disebabkan peralihan dari musim hujan ke kemarau dan posisi matahari yang mendekati semakin mendekati ekuator, dimana saat ini berada terdekat di Sumbar," kata Rudi.

Dia mengatakan suhu seperti itu terjadi merata di Sumbar, namun diperkirakan juga hampir di seluruh Indonesia.

Namun, katanya, peluang hujan di daerah itu tetap ada.

Berdasarkan data BMKG, suhu udara Sumbar mencapai 33 derajat Celcius, sedangkan pada hari biasa suhu maksimal 32 derajat Celcius.

Ia menjelaskan potensi hujan kemungkinan masih terjadi meskipun relatif kecil sebab pola angin menyebar sehingga sulit membentuk awan hitam, sebagai penyebab hujan.

Selain suhu yang relatif lebih tinggi dari hari biasa, katanya, di daerah itu juga terpantau angin kencang yang mencapai 10 meter per detik, sedangkan rata-rata normal 2-5 meter per detik.

"Meski suhu udara di atas normal dan juga ada angin kencang, namun masyarakat tidak perlu khawatir, sebab ini merupakan hal yang wajar, saat matahari mendekati ekuator," katanya.

Seorang warga setempat Rudi mengatakan sejak beberapa hari terakhir memang suhu udara terasa lebih panas daripada biasanya.

Bahkan, katanya, saat berdiri cukup lama di luar ruangan, kulit terasa terbakar.

"Saya dalam beberapa hari terakhir ini memang merasakan dehidrasi, karena udara yang ada, biasanya untuk keluar rumah tidak pernah membawa air minum, namun sekarang saya selalu membawa bekal air munum itu untuk saat berjalan di luar rumah dengan suhu seperti ini," katanya.

(KR-AGP/M029)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013