Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Lampung bersama dengan PT Budidaya Udang Air Tawar Indonesia tengah mengembangkan budidaya udang vaname air tawar di daerahnya.

"Lampung sebagai lumbung udang vaname selama ini hanya mengandalkan budidaya udang air laut atau payau yang ada di daerah pesisir sebagai sentra produksi, sedangkan daerah di luar pesisir tidak ada produksi udang," ujar Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, di Lampung Selatan, Rabu.

Ia mengatakan untuk memeratakan budidaya udang vaname yang dinilai memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, pemerintah daerah bersama dengan PT Budidaya Udang Air Tawar Indonesia telah melakukan pengembangan budidaya udang vaname di air tawar.

"Pilot project budidaya udang vaname air tawar ini dilakukan di Agropark Lampung dengan luas lahan 10 hektare. Setelah melihat potensi budidaya ikan air tawar disini yang sangat besar dan ketahanan udang vaname terhadap salinitas rendah, bahkan sampai tidak ada salinitasnya jadi dirasa cocok untuk pengembangan lebih jauh," katanya.

Dia menjelaskan pengembangan budidaya udang vaname air tawar tersebut direncanakan akan diperluas ke berbagai daerah juga kepada masyarakat, sehingga masyarakat yang berada di daerah pegunungan ataupun bukan sentra udang dapat melakukan budidaya udang vaname air tawar tersebut.

"Akan dilakukan pula edukasi kepada masyarakat untuk mengembangkan ini, sebab ini jadi solusi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi udang di daerah yang bukan sentra udang seperti Kota Bandarlampung," ujarnya.

Menurut dia meski saat ini pengembangan budidaya udang vaname air tawar tersebut belum sepenuhnya sempurna sebab belum memiliki tingkat ketahanan hidup yang cukup tinggi, namun memberikan harapan bagi masyarakat yang jauh dari pesisir untuk bisa membudidayakan udang vaname.

"Dengan adanya perluasan budidaya udang vaname air tawar tersebut juga bisa menciptakan peluang usaha bagi masyarakat serta meningkatkan konsumsi ikan guna mencegah stunting," tambahnya.

Tanggapan serupa mengenai budidaya udang vaname air tawar dikatakan oleh Direktur PT Budidaya Udang Air Tawar Indonesia Rudi Antoni.

"Kalau untuk udang ini biasanya di panen sekitar umur 50-60 hari dengan ukuran 100 dan dijual dengan harga Rp44 ribu per kilogram. Dan untuk saat ini dengan tingkat kepadatan 100-150 ekor per meter persegi diperkirakan jumlah udang yang ada di kolam petak seluas 1.000 meter persegi berjumlah 100.000-150.000 ekor," kata Rudi Antoni.

Dia melanjutkan direncanakan untuk udang yang ada di tiga kolam tersebut akan digunakan sebagai indukan udang vaname air tawar.

"Dalam empat bulan ini usia benur udang sudah cukup besar, nanti ini akan dijadikan indukan untuk pengembangan jadi udang air tawar yang akan digunakan untuk perluasan budidaya bagi masyarakat," tambahnya.

Selanjutnya udang vaname air tawar tersebut memiliki sejumlah keunggulan yaitu memiliki daya tahan yang baik terhadap perubahan kondisi dan penyakit, laju pertumbuhan lebih cepat, derajat kehidupan tinggi.

Diketahui proyek percobaan pengembangan budidaya udang vaname air tawar tersebut dilakukan di lahan seluas 1.000 meter persegi, dengan suhu rata-rata pada pagi hari 27-28 Celcius dengan pH 8,5, dan sore 29-30 Celcius pH 9,2.

Sedangkan salinitas 0,01-0,02 ppm dan luas kolam petak 1.000 meter persegi, kolam bioflok diameter 30 seluas 706 meter persegi, kolam bioflok diameter 10 dengan luas 78,5 meter persegi.

Untuk tingkat ketahanan hidup sebesar 35 persen dengan ekuivalen 70 persen.


Baca juga: SKIPM: 16,3 juta benih udang vaname masuk Sumbar pada Mei 2023


Baca juga: NTB berkontribusi 16,42 persen terhadap produksi udang vaname nasional

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023