Hal ini menciptakan peluang menarik bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum positif ini.
Jakarta (ANTARA) - Trader Eksternal Tokocrypto Fyqieh Fachrur memprediksikan harga aset kripto Bitcoin (BTC) bisa mencapai 32.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp481 juta hingga 34.000 dolar AS (Rp511 juta) pada bulan ini, jika terjadi breakout di atas 31.300 dolar AS (Rp471 juta).

Perkiraan tersebut seiring dengan Bitcoin yang telah menunjukkan potensi pertumbuhan untuk mengalami fase bullish pada bulan Juli 2023, di tengah fluktuasi pasar yang terus-menerus.

"Sebelum mencapai puncak baru, Bitcoin mungkin akan mengalami uji likuiditas pada level yang lebih rendah. Namun pasar kripto tidak hanya berkonsentrasi pada Bitcoin, beberapa altcoin juga menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan dan ekspansi," kata Fyqieh dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.

Dalam jangka pendek, ia menyebutkan Bitcoin sedang mengalami fase konsolidasi, setelah kenaikan sebesar 20 persen dari kisaran harga 29.600 dolar AS (Rp446 juta) hingga 31.300 dolar AS (Rp471 juta). Sedangkan konteks bullish tetap terjaga, terutama di indikator Moving Average (MA) 200-week.

Pergerakan Bitcoin ditutup positif pada bulan Juni lalu. Berdasarkan data Bitcoin Monthly Returns, harga penutupan BTC di bulan Juni 2023 mengalami kenaikan 11,98 persen atau sekitar 3.501 dolar AS (Rp52 juta).

Menurut data yang sama, BTC selalu mengalami kenaikan lebih dari 15 persen di bulan Juli sejak tahun 2020. Bahkan saat crypto winter atau periode penurunan harga kripto yang berkepanjangan pada tahun 2022 lalu pun, Bitcoin masih mencatatkan kenaikan lebih dari 17 persen.

Di samping itu dari jejak teknikal, Fyqieh menuturkan Bitcoin belum pernah menyentuh penurunan lebih dari 10 persen di bulan Juli dalam tiga tahun terakhir, yang menunjukkan kekuatan tren bullish mengesankan selama periode tersebut.

"Hal ini menciptakan peluang menarik bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum positif ini," ujarnya.

Namun sebelum terjun ke dalam investasi Bitcoin, dirinya mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dengan hati-hati, salah satunya yakni berita terkait proposal Exchange-Traded Fund (ETF) yang masih dalam tahap pengembangan.

Meskipun beberapa proposal dari aset manajemen terkemuka seperti BlackRock dan Fidelity telah ditolak, namun sudah diajukan ulang yang dianggap sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Komite Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (The US Securities and Exchange Commission/SEC). Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin di pasar.

Seiring dengan berita tersebut, harga Bitcoin sempat turun di bawah level 29.500 dolar AS, tetapi telah kembali naik di atas level psikologis 30.000 dolar AS. Kenaikan ini menunjukkan keberlanjutan tren bullish yang positif dalam jangka pendek.

Pada sisi lain, dia mengingatkan investor juga harus memperhatikan data ekonomi makro yang menjadi indikator kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed pada bulan Juli ini. Fed dijadwalkan akan melakukan pertemuan pada tanggal 25-26 Juli 2023 mendatang.

Sebelum pertemuan tersebut, akan ada rilis data inflasi AS pada tanggal 12 Juli 2023. Dua hal ini yang akan menjadi momen krusial bagi pergerakan Bitcoin dan pasar kripto, di samping sentimen industri dan kebijakan regulasi lainnya.
Baca juga: Tokocrypto apresiasi daftar 501 aset kripto legal baru Bappebti
Baca juga: Bappebti catat jumlah investor kripto tumbuh 0,87 persen di Mei 2023

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023