Jika remaja putri itu anemia dan hamil maka berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR)
Lebak (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menyiapkan generasi unggul dengan menghilangkan stunting atau kekerdilan akibat gagal tumbuh di daerah ini, karena berdampak terhadap peningkatan sumber daya manusia.
 
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak serta Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Kabupaten Lebak Hj Tuti Nurasiah di Lebak, Selasa, mengatakan pemerintah daerah kini memutus mata rantai prevalensi stunting untuk mempersiapkan generasi unggul pada tahun emas 2045, sehingga bisa bersaing di era globalisasi dunia.
 
Untuk mencapai generasi unggul itu, kata dia, pihaknya kini memutus mata rantai prevalensi stunting dengan berbagai langkah di antaranya memberikan tablet tambah darah (TTD) terhadap remaja putri guna mencegah anemia atau kekurangan zat besi.
 
Pemberian TTD itu pada kalangan remaja putri dilaksanakan rutin setiap bulan pada pelajar SMP, SMA/SMK/MA dan pondok pesantren.
 
Sebab, jika remaja putri itu anemia dan hamil maka berpotensi melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR).
 
Selama ini, kata dia, perempuan kerapkali menstruasi dan banyak membuang darah, sehingga diperlukan asupan mineral dan vitamin yang baik dan terpenuhi.
 
Apabila, remaja putri itu hamil dan gizi janin di ibu yang darah rendah mengalami kurangnya supply oksigen, makanan ke janin dapat menyebabkan bayi yang lahir mengalami stunting dan BBLR.
 
"Kami berharap pemberian TTD itu dapat mencegah anak-anak dari lahir stunting," ujarnya.
 
Selanjutnya,kata dia, para calon pengantin harus terdaftar pada Aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsmil) dan didampingi serta dikawal oleh tim pendamping keluarga (TPK) sebanyak 3.204 relawan dari petugas KB, puskesmas dan posyandu.
 
Para calon pengantin itu yang mendampingi dan mengawal untuk merekomendasikan menikah setelah memenuhi 10 persyaratan di antaranya kesiapan mental, sosial, memiliki pekerjaan, keuangan dan sehat.
 
Selain itu juga para calon pengantin tiga bulan sebelum menikah agar melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah, mengukur lingkar lengan atas, kiri, kanan wanita, mengukur berat badan, dan tinggi badan.

Mereka setiap keluarga perlu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mencegah energi kronis dan anemia sebagai salah satu risiko melahirkan bayi stunting.
 
"Jika calon pengantin itu layak menikah dipastikan mereka bisa harmonis,kasih sayang dalam membentuk keluarga kecil yang sehat dan berkualitas, sehingga tidak melahirkan anak stunting," katanya.
 
Ia mengatakan, penanganan stunting tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah saja, namun itu melibatkan seluruh unsur, baik lembaga negara,TNI, Polri, masyarakat hingga pemuka agama dan adat.
 
Selama ini, kata dia, penanganan stunting berjalan baik dan semua unsur berjalan baik untuk mempersiapkan generasi unggul 2045.
 
"Kita harus mulai dari sekarang untuk menyiapkan anak - anak lahir tidak mengalami stunting," kata Tuti.
 
Sementara itu,Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Lebak dr Nurul Isneini mengatakan selama ini penanganan stunting berjalan baik setelah dilakukan pengukuran tubuh kepada 108 ribu balita yang dinyatakan stunting berdasarkan "by name by adress" atau sesuai nama dan alamat terjadi penurunan.
 
Saat ini, kata dia, kasus prevalensi stunting di Kabupaten Lebak, pada Mei 2023 menurun tercatat 3.736 balita dari tahun sebelumnya sebanyak 4.618 orang.
 
Menurut dia, penyebab kasus stunting itu diakibatkan kekurangan gizi kronis yang lama, pola asuh yang kurang baik, daya beli, ketersediaan pangan dan pernikahan dini.
 
Selain itu juga akses lingkungan, termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadikan salah satu faktor penyebab stunting,katanya.
 
Pemerintah daerah mengoptimalkan penanganan stunting melalui sosialisasi, pemberian makanan tambahan untuk balita, TTD bagi remaja putri dan pemeriksaan ibu hamil.
 
"Kami optimistis target 14 persen pravalensi stunting pada 2024 bisa terealisasi,"katanya.

Baca juga: Pemprov Babel-PT Timah berkolaborasi tekan stunting
Baca juga: Kemenkes: Kasus obesitas anak naik bukan karena fokus pada stunting
Baca juga: Ganjar apresiasi penanganan stunting dengan metode herbal
 
 
 
 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023