Semakin banyak ilmu yang kita pelajari,  semakin kita menyadari bahwa antara bidang ilmu satu dengan ilmu lainnya ternyata saling terkoneksi.
Jakarta (ANTARA) - Ada yang berbeda pada wisuda yang diselenggarakan Universitas Terbuka di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (11/7/2023).

Selain wisuda pertama yang diselenggarakan dengan status UT sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), juga ada dua wisudawan kehormatan yakni Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Cecep Darmawan dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo.

Uniknya meski sudah menjadi guru besar, Cecep diwisuda untuk jenjang sarjana. Ini merupakan gelar ketujuh yang diraihnya untuk jenjang sarjana dan pascasarjana.

Sebelumnya, Cecep sudah meraih gelar jenjang sarjana yakni sarjana pendidikan yang diraihnya dari UPI dan sarjana ilmu politik dan hukum dari Universitas Langlangbuana Bandung.

Di UT, Cecep meraih gelar sarjana pada program studi Ilmu Administrasi Negara. Sedangkan untuk pendidikan pascasarjana yakni gelar magister hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Bandung dan magister sains dari Universitas Padjadjaran. Gelar doktor ilmu sosial diraihnya juga dari Universitas Padjadjaran.

Meski sudah memiliki sederet gelar, Cecep mengaku tak puas hanya memperdalam satu bidang keilmuan saja.

“Semakin banyak ilmu yang kita pelajari,  semakin kita menyadari bahwa antara bidang ilmu satu dengan ilmu lainnya ternyata saling terkoneksi,” kata Cecep.

Baca juga: UT gandeng kampus di Tiongkok hadirkan pembelajaran jarak jauh

Banyaknya ilmu yang dipelajari tersebut membuat dirinya dapat melihat berbagai persoalan dari berbagai perspektif. Tidak melulu dari satu sudut pandang saja. Lagipula, ia mengaku senang mempelajari hal baru.

Ia berpendapat bahwa setiap bidang ilmu memiliki kekhasan masing-masing, dan saling “menyuburkan”.

Akan tetapi semua itu juga memiliki tantangan tersendiri. Belajar di UT, lebih banyak belajar secara mandiri. Oleh karena itu, sangat tepat dilakukan bagi mahasiswa yang juga memiliki aktivitas lainnya.

“Orang yang memiliki banyak kesibukan itu belajarnya serius. Justru orang yang malas tidak cocok belajar di UT,” terang dia.

Selain itu belajar di UT, memiliki fleksibilitas yang tinggi dan bisa disesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Tidak ada istilah drop out di kampus tersebut.

Saat diwisuda menjadi wisudawan kehormatan, Cecep mengaku terkejut karena tak pernah memberi tahu koleganya sesama guru besar di UT bahwa dia kembali berkuliah.

“Saya tidak pernah memberi tahu teman-teman saya seperti Rektor UT Prof Ojat Darojat dan lainnya, kalau saya kuliah lagi di UT.” katanya.

Wisudawan kehormatan lain yakni Bambang Soesatyo mengaku ingin terus menuntut ilmu karena belajar hendaknya dilakukan sepanjang hayat. Bamsoet, panggilannya, berhasil menyelesaikan studi jenjang sarjana pada program studi ilmu hukum.

Sebelumnya, gelar sarjana telah diraih Bamsoet dari UT (administrasi publik) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia (manajemen). Pendidikan pascasarjana diraih di IM Newport Indonesia (magister) dan Universitas Padjadjaran (doktoral).

Kuliah di UT, lanjut Bamsoet, memiliki kelebihan yakni fleksibilitasnya tinggi sehingga cocok bagi dirinya yang memiliki banyak kesibukan sebagai Ketua MPR.

Sistem pembelajaran di UT menerapkan metode pendidikan terbuka dan jarak jauh, sehingga memudahkan dirinya dalam mengikuti pendidikan maupun mengajar. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi).

“Terbuka yakni tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat),” jelas Bamsoet yang juga dosen di UT tersebut.

Baca juga: Bamsoet minta pemerintah petakan risiko kesehatan mental generasi muda

Selepas wisuda, Bamsoet mengaku ingin kembali berkuliah pada jenjang sarjana di UT yakni pada program studi agribisnis. Alasannya, Bamsoet melihat masa depan Indonesia ada pada bidang pertanian.

Ia menambahkan ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

“Orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. Wisuda bukanlah sebuah titik pemberhentian. Wisuda memang telah menutup satu pintu akademik di belakang, namun di saat yang bersamaan juga membuka ribuan pintu pengabdian," kata Bamsoet.

Pembelajar

Rektor UT, Ojat Darojat memberikan penghargaan pada Bambang Soesatyo dan Cecep Darmawan sebagai wisudawan kehormatan karena berbagai alasan.

Alasan utamanya, tidak semua orang bisa menamatkan studi jenjang sarjana di tengah kesibukan yang luar biasa.

“Di tengah kesibukan keduanya mengejar karier tetap bisa membagi untuk untuk meningkatkan kualitas diri dengan menimba ilmu pengetahuan. Belajarnya tidak hanya secara informal di tengah masyarakat dan keluarga, namun juga formal melalui kuliah di kampus UT. Ini merupakan contoh pembelajar sepanjang hayat,” kata Ojat.

UT telah berhasil mengemban mandat dalam menyediakan akses pendidikan tinggi bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa memandang usia, jenis kelamin, pendidikan, profesi, dan jabatan.

UT mengadopsi sistem pembelajaran terbuka dan jarak jauh, terbukti sesuai bagi para profesional, yang harus membagi waktu untuk bekerja, tetapi tidak terganggu dengan aktivitas belajar untuk studi yang diikutinya.

“Kami berharap pemberian wisudawan kehormatan seperti ini dapat memacu semangat para birokrat, politikus, dan para profesional lainnya untuk mengikuti jejak Bapak Bambang Soesatyo dan Bapak Cecep Darmawan yang telah berhasil menyelesaikan studi S1 di UT,” harap Ojat.

Dalam kesempatan itu, UT meluluskan sebanyak 1.716 wisudawan dari mulai jenjang diploma, sarjana S1, dan pascasarjana.

Baca juga: Ketua MPR minta Kemenkeu sosialisasikan pajak natura secara detail

Ketua IKA UT, Dr Jenderal TNI (Purn) Dr Moeldoko mendorong lulusan UT untuk menjaga posisi UT sebagai kampus PTNBH. Meski dirinya lulusan UT, tapi tidak masalah melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Indonesia.

Moeldoko juga meminta  lulusan UT terus bergerak, memiliki motivasi, dan berani keluar dari zona nyaman sehingga dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pascapandemi COVID-19, pembelajaran jarak jauh tidak lagi dipandang sebelah mata. Baik pembelajaran jarak jauh maupun tatap muka saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi juga dapat dipandang sebagai solusi untuk meningkatkan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi yang masih di kisaran 35 persen, terutama bagi mereka yang sudah bekerja.

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023