Tunis, Tunisia (ANTARA) - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengajak para mahasiswa Indonesia, khususnya di wilayah Timur Tengah dan Afrika, memerangi paham radikal dan teror.

Islah menilai paham radikal yang mengatasnamakan agama menjadi "penyakit" bagi Indonesia dan dunia karena kelompok ekstrem kanan tersebut selalu menggiring umat Islam pada kepentingan politik.

"Padahal, DNA Islam itu bukan politik. Saya mengajak kalian untuk sama-sama memerangi radikalisme dan mari beragama secara moderat," kata Islah dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.

Islah menyampaikan hal itu dalam diskusi simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah-Afrika di Tunisia, Selasa. Menurut dia, mewujudkan kejayaan Islam dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan dan bukan dengan mempolitisasi agama.

Baca juga: BNPT: Pemuda dan pelajar jadi target penyebaran radikal terorisme

Dia menilai gerakan radikal dan teror di Indonesia bukan muncul di ruang hampa, namun karena faktor geoekonomi dan geopolitik.

"Projektori gerakan radikal ekstrem dan teroris di Indonesia selalu melalui arah politik di Timur Tengah maupun geopolitik secara global. Politisasi agama itu kemudian menjadi penyakit dari semua agama terutama Islam," katanya.

Dia mengungkapkan bahwa banyak operasi intelijen yang menggiring umat Islam ke arah kepentingan politik. Padahal, menurut dia, DNA dan peradaban Islam bukan politik. Islah mengatakan ada sebuah penelitian dari kalangan Eropa yang menyebutkan ada upaya memecah belah umat Islam melalui politik.

"Kalau umat Islam dikenalkan ilmu pengetahuan, maka akan menguasai dunia. Banyak literatur menyebutkan operasi intelijen dilakukan terhadap umat Islam agar menjauhkan ilmu pengetahuan dan terus berkonflik," jelasnya.

Baca juga: Mantan napi teroris: generasi muda harus waspada konten medsos radikal

Islah menyebutkan tiga negara di Asia Tenggara, yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia, yang notabene bukan anggota Persemakmuran Bangsa-bangsa Commonwealth, selalu sibuk dengan aksi teror.

Selain itu, lanjutnya, orang-orang penggerak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua "ditampung" oleh negara-negara Commonwealth, seperti Inggris dan Australia.

Islah menilai saat ini terdapat pandangan orang di dunia bahwa sumber masalah politik adalah Islam. Menurut dia, hal itu karena adanya penggiringan umat Islam di tatanan politik.

Baca juga: BNPT: 50 ribu dai-daiyah ditugaskan cegah paham radikal

"Ini karena semua memang digiring umat Islam ini untuk tetap bergerak dalam tatanan politik. Ketika bergerak dalam tatanan politik, orang Islam itu akan dikendalikan untuk membunuh yang lain," katanya.

Dia mengatakan orang-orang yang terpapar gerakan ekstrem dan teror akan dicekoki mimpi serta janji-janji politik tidak masuk akal.

Islah mencontohkan antara lain gerakan Ikhwanul Muslimin, Jamaah Islamiyah (JI), dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah kelompok-kelompok yang masih bermimpi bahwa dengan politik Islam bisa jaya di Indonesia.

"Dan dengan politik, mereka bisa mengislamkan orang Indonesia secara paksa dengan produk politik," ujar Islah Bahrawi.

Baca juga: Said Aqil nilai Al Zaytun dapat lahirkan gerakan radikal

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023