Singapura (ANTARA) - Dolar Australia melonjak di sesi Asia pada Kamis sore, setelah data ketenagakerjaan negara itu jauh melampaui ekspektasi pasar, sementara yuan bergerak lebih tinggi setelah otoritas moneter China meningkatkan upaya untuk mempertahankan mata uangnya yang melemah.

Ketenagakerjaan Australia dengan mudah mengalahkan ekspektasi untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni, angka pada Kamis menunjukkan, karena pekerjaan bersih naik sebesar 32.600 dari Mei, melebihi perkiraan pasar untuk peningkatan sebesar 15.000.

Tingkat penganggurannya juga bertahan di dekat posisi terendah 50 tahun, menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja yang dapat mengambil risiko kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA).

Itu mendorong Aussie dan membuatnya melonjak hampir 1,0 persen ke level tertinggi harian di 0,6840 dolar AS di perdagangan Asia, membawa serta dolar Selandia Baru.

Kiwi terakhir 0,63 persen lebih tinggi pada 0,6303 dolar AS, dengan kedua mata uang Antipodean itu berada di jalur untuk membalikkan penurunan empat sesi berturut-turut.

"Dolar Australia telah bergerak lebih tinggi secara keseluruhan setelah ekonomi menyampaikan laporan yang menentang kenaikan suku bunga lainnya," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.

"Pada akhirnya, ini adalah kumpulan angka ketenagakerjaan yang kuat yang terus menekan ketergantungan data (RBA) untuk berpotensi menaikkan suku bunga pada Agustus."

Di Asia, China membiarkan suku bungan acuan pinjamannya tidak berubah pada Kamis, seperti yang diharapkan, meskipun bank sentralnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya menaikkan parameter pembiayaan perusahaan lintas batas di bawah penilaian makroprudensial menjadi 1,5 dari 1,25. Rasio menentukan jumlah maksimum yang dapat dipinjam oleh perusahaan mana pun sebagai proporsi dari aset bersihnya.

Langkah itu dimaksudkan untuk memudahkan perusahaan domestik mengumpulkan dana dari pasar luar negeri, yang terjadi pada saat yuan China menghadapi tekanan karena pemulihan ekonomi negara itu terputus-putus.

Mengizinkan lebih banyak aliran masuk modal dapat mengurangi tekanan pada mata uang.

Kenaikan tersebut menunjukkan pedoman kebijakan Bank Sentral China (PBoC) untuk "mempertahankan (yuan) dan mengekang volatilitas valas yang berlebihan di samping bias penetapan yuan yang kuat", kata Ken Cheung, kepala ahli strategi valas Asia di Mizuho Bank.

Sumber juga mengatakan kepada Reuters pada Kamis bahwa bank-bank besar milik negara China terlihat menjual dolar untuk membeli yuan di pasar spot luar negeri pada awal perdagangan Asia.

Yuan melonjak di pasar domestik dan luar negeri mengikuti perkembangan, dengan keduanya menguat lebih dari 0,5 persen terhadap dolar AS.

Yuan di luar negeri bertahan hampir 0,7 persen lebih tinggi pada 7,1840 per dolar, sedangkan yuan dalam negeri terakhir diperdagangkan 7,1770 per dolar, setelah sebelumnya mencapai tertinggi sesi 7,1620.

"(Itu) satu-dua pukulan yang mendorong (yuan) lebih kuat dan mendukung sentimen," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.

Tapi langkah itu bisa bersifat jangka pendek dan yuan bisa melemah lagi jika kekecewaan atas tidak adanya stimulus ekonomi dari China meningkat, tambahnya.

Di pasar mata uang yang lebih luas, dolar AS di posisi tidak menguntungkan, meskipun menyimpang jauh dari level terendah 15 bulan baru-baru ini.

Sterling mengalami kerugian besar setelah penurunan tajam di sesi sebelumnya menyusul data inflasi Inggris, yang lebih dingin dari ekspektasi pasar. Pound sedikit berubah pada 1,29385 dolar, setelah meluncur lebih dari 0,7 persen sehari sebelumnya.

Pembacaan inflasi itu menarik kembali ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga agresif lebih lanjut dari Bank Sentral Inggris (BoE), dengan prospek suku bunga Inggris naik di atas 6,0 persen sekarang kemungkinan besar akan dibatalkan.

"Pasar saya pikir sedikit lebih masuk akal sekarang dengan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh BoE," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia.

Euro naik 0,18 persen menjadi 1,1220 dolar, karena investor menunggu pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) minggu depan untuk kejelasan lebih lanjut tentang prospek suku bunga.

Indeks dolar AS tergelincir 0,15 persen menjadi 100,10, tetapi telah mendapatkan kembali beberapa penurunan setelah penurunan lebih dari 2,0 persen minggu lalu.

Yen Jepang naik hampir 0,3 persen menjadi 139,33 per dolar.

Baca juga: Rupiah diprediksi masih berpeluang menguat pada Kamis
Baca juga: WSJ: AS larang 14 bank Irak lakukan transaksi dengan dolar
Baca juga: Sterling berjuang bangkit di awal sesi Asia, dolar AS menguat

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023