“Kami harus benar-benar mempertimbangkan apakah hal tersebut mungkin terjadi atau tidak,”
Manila, Filipina (ANTARA) - Pemerintah Filipina memantau ancaman invasi China terhadap Taiwan setiap hari untuk menyiapkan rencana kontingensi pemerintah negara Asia Tenggara tersebut dalam menghadapi kemungkinan konflik di kawasan, kata Menteri Pertahanan Filipina Gilbert Teodoro.

“Kami harus benar-benar mempertimbangkan apakah hal tersebut mungkin terjadi atau tidak,” ujarnya kepada wartawan pada Kamis (20/7).

“Meskipun begitu, kami akan terus menyusun rencana untuk menghadapi semua kemungkinan, tidak hanya terkait krisis antara China dan Taiwan, namun juga setiap kontingensi yang dapat terjadi di kawasan,” lanjutnya.

Dari lima sekutu militer Amerika Serikat di wilayah Indo-Pasifik yakni Australia, Filipina, Jepang, Korea Selatan dan Thailand, Filipina merupakan negara yang secara geografis terletak paling dekat dengan Taiwan.

Pulau terluar di utara Filipina hanya berjarak sekitar 190 kilometer (km) dengan Taiwan.

Prioritas pemerintah Filipina jika konflik terjadi adalah menjamin keselamatan lebih dari 100 ribu warga negaranya yang tinggal dan bekerja di Taiwan.

Tanpa menjelaskan secara detail, Teodoro mengatakan langkah-langkah darurat yang sedang dibahas pemerintah merupakan “upaya yang akan dilakukan dengan melibatkan berbagai lembaga dan bukan hanya upaya pertahanan”.

Selama beberapa dekade, Filipina telah menjadi salah satu mitra pertahanan utama Amerika Serikat -- yang pernah menduduki negara anggota ASEAN itu selama 48 tahun setelah memenangi Perang Spanyol-Amerika pada 1898.

Upaya untuk memperluas akses Amerika Serikat ke pangkalan militer Filipina pada tahun ini telah membuat geram pemerintah China, yang mengatakan bahwa hal tersebut “menyulut” ketegangan di kawasan.

Filipina telah memberikan Amerika Serikat akses ke empat pangkalan tambahan tahun ini. Beberapa pangkalan tersebut menghadap ke utara ke arah Taiwan.

Pemerintah Filipina telah berulang kali menekankan bahwa mereka tidak memihak siapapun dalam persaingan antara Amerika Serikat dan China.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, yang sedang mengupayakan untuk memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pemerintah Amerika Serikat, mengatakan bahwa akses tersebut akan "bermanfaat" untuk tujuan defensif jika China menyerang Taiwan.

Pemerintah Amerika Serikat dan China akhir-akhir ini telah berusaha untuk mengatasi perbedaan antara keduanya untuk memperbaiki hubungan mereka, termasuk dengan tetap menjaga komunikasi antara kedua pihak.

“Semoga komunikasi bilateral antara Amerika Serikat dan China dapat mengurangi ketegangan di wilayah tersebut,” tambah Teodoro.

Sumber: Reuters

Baca juga: Taiwan ingin beli rudal darat ke udara canggih buatan AS
Baca juga: China pamer kekuatan militer jelang latihan perang tahunan Taiwan


Penerjemah: Uyu Septiyati Liman
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023