Fajar 2023 merupakan ajang tahunan dalam upaya memajukan perkembangan ekonomi syariah di Jateng.
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyokong pertumbuhan ekonomi syariah melalui berbagai upaya, salah satunya Festival Jateng Syariah ('Fajar') 2023 yang puncaknya pada 20 Agustus mendatang.

Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, di Semarang, Kamis, menjelaskan Fajar 2023 sebenarnya merupakan ajang tahunan dalam upaya memajukan perkembangan ekonomi syariah di Jateng.

Ia menjelaskan bahwa Fajar 2023 akan mengusung tema "Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah yang Inklusif".

Tema tersebut, kata dia, sejalan dengan perluasan pengembangan ekosistem "halal value chain" yang tidak hanya terbatas pada sektor makanan, tetapi juga pariwisata ramah Muslim dan modest fesyen.

"Ini memperkuat peran Bank Indonesia dalam menjadi akselerator dan inisiator pengembangan dan penguatan usaha syariah dari berbagai sektor," katanya pula.

Menurut dia, berbagai kegiatan telah dilaksanakan sebagai bagian "Road to Fajar 2023" sejak Juni lalu, antara lain kompetisi kewirausahaan dan dakwah santri, "capacity building" kepada 10 SMK tata busana se-Jateng.

Kemudian, sertifikasi halal 110 produk UMKM berbasis syariah, "showcase" produk usaha syariah, dan "business matching" tujuh UMKM mitra binaan dengan Aggregator Organic Botanic Gida Turizm Ins. San. ve Tic. Ltd. Sti dari Turkiye.

Prestasi dari "business matching" tersebut mencatatkan keberhasilan melalui keikutsertaan UMKM binaan dalam pameran "F - Instanbul: the most comprehensive food and technology exhibition in Turkiye".

Pada puncak acara Fajar 2023, kata dia, akan dilaksanakan serangkaian seremoni perluasan ekosistem "halal value chain", peragaan busana hasil karya siswa SMP ponpes, dan "showcase" produk usaha syariah dan ponpes mitra binaan BI Jateng.

"Banyak pihak yang mengembangkan ekonomi syariah, salah satunya BI. Kami melihat secara 'view' bahwa ekonomi syariah bukan hanya memenuhi syariah, halal, tetapi lebih kepada penciptaan ekosistemnya," katanya lagi.

Artinya, kata dia, pengembangan ekonomi syariah tidak hanya berkutat pada sektor kuliner, yakni makanan, tetapi meluas sampai kepada sektor-sektor yang melibatkan banyak asosiasi terkait.

"Pariwisata halal juga tidak eksklusif pada umat Muslim, tetapi bagaimana menciptakan 'Moslem friendly tourism'. Jadi, apa pun latar belakangnya tercakup dalam ekosistem syariah," kata Rahmat pula.
Baca juga: MUI Jateng gerakkan produk halal agar dinikmati masyarakat
Baca juga: Wagub Jateng ajak pengusaha kembangkan ekonomi syariah

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023