Jakarta (ANTARA) - Asisten Deputi Kerja Sama Regional dan Sub-Regional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Netty Muharni mengatakan bahwa saat ini ekonomi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berada di posisi lima besar dunia.

“Saat ini ASEAN berada di lima besar ekonomi dunia. US, China, India, Jerman, lalu ASEAN,” kata Netty Muharni dalam acara “ASEAN sebagai Epicentrum of Growth: Menuju ASEAN yang Inklusif dan Terintegrasi di bawah Keketuaan Indonesia” di Jakarta, Selasa.

Netty mengatakan perekonomian ASEAN meningkat sangat signifikan sejak ASEAN didirikan pada tahun 1967.

Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita ASEAN pada 2021 sebesar 5.248 dolar, naik 4.201,2 persen dibandingkan tahun 1967 yaitu 122 dolar; investasi asing langsung (FDI) pada 2021 mencapai 168,2 miliar dolar, naik 5.433 persen dibanding tahun 1967 yaitu 3,04 miliar dolar.

Sedangkan untuk total perdagangan, ASEAN mencapai 2.591 miliar dolar pada 2021, naik 25.810 persen dibanding tahun 1967 yaitu 10 miliar dolar.

Jumlah populasi penduduk ASEAN dari 185 juta orang pada 1967, naik 264,2 persen menjadi 673,8 juta orang pada 2021. Pengguna internet pada tahun 1967 adalah nol persen, dan pada tahun 2021 naik menjadi 61,4 persen.

Netty mengatakan perubahan ASEAN saat ini merupakan gabungan dari pengaruh ASEAN dan dari masing-masing negara anggota ASEAN.

“Karena negara ASEAN memang saling belajar. ASEAN merupakan semacam media pembelajaran bagi negara anggotanya dalam kerja sama, dalam hal ini kerja sama perdagangan,” lanjut Netty.

Netty menyebutkan bahwa keberadaan ASEAN membantu negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan daya saing masing-masing.

Netty juga mengatakan bahwa rata-rata pencapaian implementasi Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) Blueprint 2025 untuk ASEAN sebesar 73 persen.

“Artinya semua inisiatif yang diimplementasikan di ASEAN sudah mencapai 73 persen menuju integrasi ekonomi yang lebih dalam,” ujar Netty.

AEC Blueprint 2025 bertujuan untuk mewujudkan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang kompetitif, pengembangan ekonomi yang merata dan kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian global.

Sementara itu, Netty mengatakan bahwa negosiasi ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) akan diluncurkan pada pertemuan Dewan AEC (AEC Council) ke-23 pada September nanti.

“Sebenarnya rencana awal di 2025, tapi dalam masa keketuaan kita (Indonesia), kita ingin memajukan jangka waktu dari negosiasi di bidang digital menjadi tahun ini,” ujar Netty.

Baca juga: IESR: ASEAN berpotensi jadi hub manufaktur panel surya global
Baca juga: KemenKopUKM promosikan prinsip ekonomi sirkular bersama ASEAN
Baca juga: AMRO mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 di 4,6 persen

 

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023