Prospeknya masih baik. Ditambah dengan makro ekonomi yang masih terjaga maka kinerja masih meningkat
Jakarta (ANTARA) - Di tengah volatilitas pasar keuangan global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sekitar 2,76 persen year to date (ytd), dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp16,21 triliun sampai dengan semester I- 2023.

Walakin, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia telah menyentuh angka Rp154,13 triliun sampai dengan periode tersebut.

Update terbaru sampai 21 Juli 2023, pasar modal Indonesia telah kedatangan 49 perusahaan publik baru yang resmi menggelar penawaran saham perdana alias initial  public   offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam aksi korporasinya, sebanyak 49 emiten baru tersebut berhasil meraup total dana segar Rp44,9 triliun, baik dari investor institusi maupun investor retail.

Tidak hanya itu, masih ada 43 calon emiten yang mengantre untuk menggelar IPO demi mendapatkan dana segar murah di pasar modal Indonesia pada paruh kedua tahun ini.

Dari 43 perusahaan calon emiten tersebut, sebanyak 11 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp250 miliar, sebanyak 26 perusahaan dengan aset skala menengah rentang Rp50 sampai Rp250 miliar, serta enam perusahaan dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar.


Optimisme penguatan IHSG

Volatilitas pasar saham Indonesia pada kuartal III-2023, menurut Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM, masih akan bergantung kepada data-data perekonomian domestik dan global, utamanya terkait suku bunga acuan, tingkat inflasi, serta data ketenagakerjaan kerja.

Selain dari data ekonomi, efek menjelang pesta demokrasi yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di dalam negeri, bakal memengaruhi pasar saham Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini.

Dengan sentimen global maupun domestik itu, pihaknya merekomendasikan kepada para pelaku pasar untuk menerapkan strategi, di antaranya tetap berfokus pada kondisi fundamental perusahaan serta lebih selektif dalam memilih saham perusahaan publik.

Ada potensi penguatan terhadap IHSG pada kuartal ketiga tahun ini. “Target IHSG, menurut kami ada di 7.600-an setara dengan price earning ratio (PE) 15,5 kali,” ujar Roger.

Pandangan yang sama juga dibeberkan oleh Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana saat dihubungi oleh ANTARA, yang memproyeksikan bahwa IHSG berpeluang bergerak menguat dan masih berada pada fase uptrend-nya pada kuartal III-2023.

Namun demikian, pria yang akrab disapa Didit tersebut tidak memungkiri pergerakan IHSG bisa berpeluang mendatar bahkan cenderung terkoreksi pada akhir fase kuartal ketiga tahun ini.

Ia memperkirakan untuk level tertinggi berpeluang untuk uji 7.000 sampai 7.100.

Terkait dengan sentimen yang memengaruhi, pasar saham Indonesia dinilai masih akan banyak dipengaruhi oleh sentimen global selama kuartal ketiga tahun ini.

Sentimen global tersebut, di antaranya kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang masih berpotensi menunjukkan sikap hawkish pada sisa tahun ini.

Selain itu, perlambatan ekonomi China yang diperkirakan akan mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri Indonesia.

Sama seperti pandangan Roger, menurutnya, dari dalam negeri, adanya momentum menjelang tahun politik atau Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, sedikit banyak akan memengaruhi iklim investasi di Indonesia.

Sebagai analis teknikal, ia merekomendasikan bagi para pelaku pasar agar lebih selektif dalam melakukan pilihan terhadap saham maupun sektor di sisa tahun ini.


Kinerja positif emiten berlanjut

Kinerja keuangan perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari berbagai sektor, terpantau positif sepanjang paruh pertama 2023.

Tidak sedikit emiten yang melaporkan peningkatan laba dan pendapatan tahun berjalan mereka selama paruh pertama tahun ini.

Selain itu, banyak emiten yang memutuskan membagikan dividen tunai dengan rasio yang besar untuk tahun buku 2022, dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) mereka.

Pada paruh kedua tahun ini, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) David Sutyanto memproyeksikan kinerja perusahaan publik di BEI akan melanjutkan kinerja keuangan yang positif, ditopang oleh beberapa sektor yang akan mengalami peningkatan dan kondisi makroekonomi dalam negeri yang terus membaik.

Alasannya, yaitu permintaan domestik yang masih kuat dan pemulihan ekonomi di tingkat global, yang bakal mendorong kinerja perusahaan publik pada paruh kedua tahun ini.

"Prospeknya masih baik. Ditambah dengan makro-ekonomi yang masih terjaga maka kinerja masih meningkat," ujar David.

Namun demikian, perusahaan publik dari berbagai sektor di dalam negeri tetap perlu mewaspadai terkait kebijakan moneter, utamanya di berbagai negara maju.

Apabila suku bunga acuan mengalami tren penurunan, maka akan memberikan efek positif terhadap kinerja keuangan perusahaan- perusahaan di dalam negeri.

Di sisi lain, perubahan harga komoditas di tingkat global yang fluktuatif dan cenderung menurun, berpotensi menurunkan kinerja perusahaan publik dalam negeri yang berbasis komoditas.

Merangkum berbagai analisis para ahli tersebut maka pasar saham Indonesia berpeluang bergerak menguat pada paruh kedua tahun ini, dalam jangka pendek yaitu kuartal ketiga.

Seiring dengan itu, kinerja keuangan emiten dari berbagai sektor juga berpotensi melanjutkan penguatan pada paruh kedua tahun ini.

Dengan demikian, para pelaku pasar, khususnya di dalam negeri, perlu menyiapkan berbagai strategi dalam melakukan investasi di pasar saham Indonesia, dengan memilih saham, perusahaan, maupun sektor yang berpotensi menguat pada sisa tahun 2023.




 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023