Jakarta (ANTARA) - Sejumlah musisi dan vendor festival Malaysia telah bergabung untuk mengajukan gugatan class action terhadap band The 1975 usai pentolan band yaitu Matty Healy memprotes undang-undang anti-LGBTQ+ pemerintah setempat yang menyebabkan pembatalan seluruh acara.

NME, Kamis, melaporkan gugatan class action yang sedang disiapkan oleh firma hukum Malaysia Thomas Philip menyeret keempat anggota The 1975 dan meminta kompensasi atas kerugian yang diderita akibat insiden tersebut. Pendiri dan mitra pengelola firma tersebut yaitu Matthew Thomas Philip memberi label apa yang dilakukan band sebagai "tindakan sembrono yang disengaja dilakukan dengan mengetahui dengan baik konsekuensi tindakan tersebut".

"Pandangan saya, The 1975 harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita para seniman dan vendor,” kata Philip saat pertemuan yang dihadiri oleh 70 orang, sebagian besar terdiri atas seniman, vendor, dan awak media.

Baca juga: Polisi Malaysia selidiki aksi ciuman sesama jenis di konser The 1975

Philip pertama kali menawarkan layanan perusahaannya dalam bentuk gugatan class action kepada artis lokal yang berusaha menuntut The 1975 karena menyebabkan kerugian lewat unggahan di media sosial selama akhir pekan. Pada Selasa (25/7) malam, lima seniman dan lima vendor ikut serta dalam gugatan class action tersebut yang berupaya menuntut ganti rugi umum meski belum diketahui berapa besaran ganti rugi yang akan dituntut lewat gugatan tersebut.

Sementara itu, penyelenggara Good Vibes Festival yaitu Future Sound Asia tidak terlibat dalam gugatan class action oleh Thomas Philip, kata seorang perwakilan kepada NME. Meski begitu, pihak penyelenggara dengan senang hati membantu para penggugat dengan cara apa pun yang dibutuhkan.

Philip mengatakan bahwa dia telah menghubungi penyelenggara festival dan mengundang mereka untuk berdialog. Future Sound Asia sedang menjajaki opsi hukum terkait tindakan terhadap The 1975 dan/atau Healy.

Saat tampil dalam festival Good Vibes di Kuala Lumpur, Jumat (21/7), sang vokalis Matty Healy menjelaskan bahwa dia tidak mengetahui hukum ketat yang berlaku di Malaysia sebelum menerima tawaran untuk tampil dalam pertunjukan tersebut.

"Pemerintah Anda adalah sekelompok orang bodoh dan saya tidak peduli lagi. Jika kalian menekan saya, maka saya tentu akan melawan. Suasana hati saya tidak dalam kondisi terbaik saat ini," kata Healy kala itu di atas panggung.

Setelah itu, sang vokalis pun melancarkan aksi yang semestinya tidak layak dipertontonkan di atas panggung sehingga mengundang reaksi keras dari berbagai pihak. Pihak berwenang kemudian memutuskan untuk membatalkan sisa dua hari festival tersebut dan menetapkan band asal Cheshire, Inggris itu dilarang tampil di Malaysia.

Polisi juga telah menerima sebanyak 18 laporan terkait insiden tersebut.

Tindakan vokalis Matty telah menuai sejumlah pro dan kontra. Beberapa pihak mengatakan sang bintang hanya ingin menarik perhatian terhadap kebijakan pemerintah Malaysia.

Sedangkan pihak lain beranggapan bahwa aksi tersebut berisiko merusak pekerjaan aktivis LGBTQ+ lokal.

Baca juga: Malaysia hentikan konser "The 1975" gara-gara ciuman sesama jenis

Baca juga: Tak cocok, Taylor Swift dan Matty Healy akhirnya berpisah

Baca juga: Taylor Swift nikmati masa lajang setelah rumor putus dari Matty Healy

Penerjemah: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023