Di Indonesia ini pertama kali sehingga ini benar-benar sebuah sejarah bagi hulu migas Indonesia
Rokan Hilir, Riau (ANTARA) - Menteri ESDM Arifin Tasrif meresmikan pengeboran minyak dan gas nonkonvensional (MNK) oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Lapangan Gulamo, Desa Sikeladi Hilir, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Kamis.

"Sumur migas nonkonvensional ini adalah momen pertama yang ada di Indonesia. Kita masih memiliki potensi yang cukup besar yang memang harus kita eksplorasi agar kita bisa menjamin keamanan keberadaan energi untuk masyarakat," katanya saat ditemui di lokasi pengeboran atau tajak pertama tersebut.

Setelah Gulamo, lanjutnya, akan ada juga Lapangan Kelok dan keduanya berpotensi mengembangkan 126 sumur.

Dengan begitu, akan ada pekerjaan baru yang bisa menggerakkan perekonomian dan membantu Indonesia untuk mengatasi krisis migas.

Dalam peresmian itu, hadir juga Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Dirut PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro, Dirut PHR Chalid Said Salim, Gubernur Riau Syamsuar, dan Kepala SKK Migas Sumbagut Rizky Rahmat Firdaus.

Dwi Soetjipto menyampaikan sumur Gulamo MNK mengambil migas dari batuan induknya, sehingga membutuhkan teknologi yang khusus.

"Sumur Gulamo ini tidak seperti sumur-sumur konvensional, pekerjaannya jauh lebih sulit dan vertikal busa sampai tiga kilometer ke bawah dan masalah logistik menjadi sangat penting. Gulamo juga merupakan sumur pertama yang didesain khusus untuk mengevaluasi potensi migas nonkonvensional baik shale oil maupun shale gas. Di Indonesia ini pertama kali sehingga ini benar-benar sebuah sejarah bagi hulu migas Indonesia," sebutnya.

Nicke Widyawati menambahkan pihaknya berkomitmen dalam upaya menopang energi nasional, termasuk dalam pencapaian target satu juta barel minyak pada 2030.

Salah satu upayanya yakni dengan melakukan studi dan inovasi terkait sumber daya dan cadangan minyak dan gas bumi yang ada di Indonesia.

Dalam melakukan studi evaluasi potensi secara teknis MNK Rokan, PHR melakukan kerja sama dengan perusahaan internasional EOG Resources yang telah terbukti berhasil mengusahakan dan mengembangkan sumber daya MNK di Amerika Serikat.

Untuk mendukung ikhtiar ini, PHR juga melibatkan Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang dibentuk oleh Kementerian ESDM.

Sementara itu, Chalid Salim Said mengatakan sumber daya MNK di WK Rokan berada di formasi pematang brown shale yakni batuan induk utama hidrokarbon yang ada di kawasan Sumatera bagian tengah dan lower red bed yakni formasi bebatuan yang berada di bawah brown shale. Potensi ini berada pada kedalaman lebih dari 6.000 kaki.

"Di WK Rokan, potensi MNK ini ada di wilayah sumur Gulamo, dengan rencana total kedalaman mencapai 8.559 kaki. Sumur ini merupakan salah satu dari dua sumur eksplorasi vertikal yang direncanakan Pertamina Hulu Rokan sebagai operator wilayah kerja Rokan, bagi tahapan eksplorasi MNK Rokan," katanya.

Sedangkan, Syamsuar mengatakan Pemerintah Provinsi Riau menyambut baik usaha PHR tersebut dan berharap dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

"Mari kita berdoa semoga dalam pelaksanaan ini berjalan aman dan lancar, sukses dan mudah-mudahan memperoleh minyak yang banyak dan terbaik untuk Indonesia dan Riau yang kita cintai ini," katanya.

Rencananya operasi pengeboran sumur eksplorasi MNK Gulamo akan menggunakan rig PDSI #42.3/N1500-E berukuran besar dengan tenaga 1.500 horsepower (HP). Sebagai pembanding, operasi eksplorasi dan eksploitasi migas konvensional di wilayah kerja Rokan umumnya menggunakan rig 350 HP, 550 HP, dan 750 HP.

Diperlukan area wellpad (lokasi eksplorasi) yang cukup luas, lebih kurang 2,5 hektare atau 2,5 kali lebih luas dari wellpad pada umumnya. Pada tahap pengembangan nantinya wellpad ini dapat mengakomodasi sekitar delapan kepala sumur.

MNK merupakan minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah (low permeability).

Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi. Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan. Sedangkan, MNK berada di lapisan yang lebih dalam.

Berbeda dengan migas konvensional, MNK adalah hidrokarbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/shale gas) tempat terbentuknya hidrokarbon atau batuan reservoir klastik berbutir halus dengan permeabilitas (kemampuan bebatuan untuk meloloskan partikel) rendah, yang hanya bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horisontal dengan teknik stimulasi multi-stage hydraulic fracturing.

Baca juga: Pertamina melakukan tajak sumur perdana di Lapangan Duri Blok Rokan
Baca juga: Menteri ESDM nilai Blok Rokan masih potensial produksi migas
Baca juga: Pertamina Hulu Rokan telah bor 221 sumur baru sepanjang 2023

Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023