Beijing (ANTARA) - Studi yang dilakukan tim ilmuan dari Institut Ekologi Terapan di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan (CAS) menyebutkan bahwa emisi karbon dioksida yang sangat besar dari kebakaran hutan di Kanada telah melampaui satu miliar ton.

Peneliti dari Institut Ekologi Terapan yang memimpin studi itu Liu Zhihua menjelaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida yang dikeluarkan oleh kebakaran hutan di Kanada berdampak nyata pada pemanasan global, dan kebakaran hutan telah berkembang menjadi kejadian lingkungan global 

Menurut Pusat Kebakaran Hutan Antarlembaga Kanada (CIFFC), hingga 26 Juli 2023 telah terjadi 4.774 kebakaran di seluruh negara itu, dan luas kebakaran secara kumulatif telah melampaui 121.000 kilometer persegi.

Para peneliti melakukan penilaian cepat mengenai emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan berdasarkan observasi penginderaan jauh.

Diperkirakan hingga 26 Juli, kebakaran hutan di Kanada secara langsung mengeluarkan sekitar satu miliar ton karbon dioksida.

Efek rumah kaca dari emisi metana dan dinitrogen oksida setara dengan sekitar 110 juta ton karbon dioksida, dan total emisi gas rumah kacanya setara dengan sekitar 1,11 miliar ton karbon dioksida.

Angka ini melampaui emisi karbon dioksida terkait energi di Jepang yang mencapai 1,067 miliar ton pada 2021, menurut data yang dikutip dari Proyek Karbon Global.

Selain memengaruhi iklim, kebakaran hutan di Kanada juga melepaskan polutan udara seperti PM2.5, PM10, aerosol organik, dan karbon hitam, yang membahayakan kesehatan manusia.

Pada Juni, kualitas udara di New York, Chicago, dan tempat lain di Amerika Serikat memburuk secara signifikan. Polutan-polutan udara tersebut juga dibawa melintasi jarak yang jauh ke seluruh dunia oleh sirkulasi angin barat, yang memengaruhi wilayah-wilayah di Eropa, Afrika Utara, dan Asia.

Kebakaran hutan tersebut juga mendatangkan malapetaka pada ekosistem hutan. Kebakaran hutan yang berkobar dengan cepat itu menyebabkan kerusakan vegetasi yang luas dan hilangnya keanekaragaman hayati, merampas habitat dan sumber makanan hewan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023