Boyolali (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri upacara kirab budaya tradisi tungguk tembakau bersama seribuan warga lereng Gunung Merapi Merbabu, di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis.

Upacara kirab budaya adat tungguk tembakau merupakan dimulai para petani pada masa panen memetik daun tembakau di wilayah tersebut dan sudah dilakukan setiap tahun sejak dahulu yang menjadi tradisi warga lokal di lereng Gunung Merapi dan Merbabu.

Gubernur yang didampingi Bupati Boyolali M Said Hidayat dan Wakil Bupati Wahyu Irawan, membuka acara kirab budaya tradisi tersebut dengan mengawali memetik sebanyak 13 helai daun tembakau untuk prosesi pemasangan pada gunungan tembakau yang sudah disediakan oleh panitia, di lokasi makam Gunungsari Desa Senden.

Baca juga: Kementerian PUPR lakukan penataan tiga kawasan cagar budaya di Jateng

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan bahwa belum lama ini, telah menghubungi sebuah pabrik tembakau agar dapat membeli tembakau milik para petani di lereng Gunung Merapi dan Merbabu tersebut.

Pihaknya sudah bertemu dengan pabrikan tembakau, agar mau membeli tembakau milik para petani. Namun, setelah cukai tersebut naik, pabrikan tersebut agak mengerem pembelian tembakaunya.

Menurut Gubernur terkait hal tersebut sempat meminta terhadap pabrikan untuk memprioritaskan pembelian tembakau dari para petani, baik dari Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Klaten.

"Kegiatan ini, bagaimana prosesi budaya tradisi warga setempat terus jalan, sekaligus bersama-sama menikmati hasil panenan tembakau dan tugas pemerintah hanya bisa mendorong agar hasil panen dapat dibeli oleh pabrikan," kata gubernur.

Baca juga: Kementerian PUPR lakukan penataan tiga kawasan cagar budaya di Jateng

Dia menjelaskan para petani di wilayah Jawa Tengah yang mau menanam tembakau tingkat kehidupannya cukup lumayan bagus. Namun, dia menilai saat ini kebijakan terhadap petani terlihat menurun.

Dia melihat para petani yang mau menanam tembakau tingkat kehidupannya cukup bagus. Dia memperhatikan para petani tembakau, memang kebijakan-kebijakan ini sedang menurun.

Bupati Boyolali M Said Hidayat mengatakan, acara budaya tungguk tembakau tersebut merupakan tradisi yang dilakukan para petani Desa Senden digelar setiap tahun, sebelum melakukan panen raya tembakau.

"Tradisi seperti ini diharapkan menjadi destinasi wisata, kalau dilihat acaranya cukup meriah. Prosesi ini, merupakan awal dari panen raya tembakau dan ini merupakan kekayaan muatan lokal yang harus diuri-uri bersama," kata Bupati.

Menurut Bupati kegiatan tersebut bagian dari rasa syukur masyarakat saat akan melakukan panen tembakau. Pihaknya juga mendoakan para petani tembakau agar hasil panen tembakau terus baik dan melimpah.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali Supana mengatakan rasa syukur oleh para petani tembakau di Desa Senden, Selo ini, ditandai dengan ritual tungguk tembakau yang digelar setiap satu tahun sekali.

"Tradisi itu, dimulai dari Rabu (2/8) malam, yang diawali dari kenduri tumpengan, serta tumpengan tembakau. Warga kemudian doa bersama didekat lokasi di makam Gunungsari dan Kamis ini, kirab budaya menuju panggung tempat prosesi tungguk tembakau," katanya.

Baca juga: Festival Lintas Melawai promosikan warisan budaya era 1980-an

Baca juga: Festival rimba tumbuhkan kebanggaan identitas Dayak Iban Sungai Utik

Baca juga: Festival Sepekan Tamansuruh Banyuwangi suguhkan atraksi budaya lokal

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023