Poso, Sulteng (ANTARA) -
Lembaga Swadaya Masyarakat Relawan untuk Orang dan Alam (LSM ROA) mengedukasi komunitas perempuan sekitar kawasan hutan Lore Tengah di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah terkait pengelolaan sumber daya alam menggunakan metode aksi partisipatif feminis (FPAR).

"Feminist Participatory Action Research-FPAR merupakan metode untuk pendokumentasian persoalan perempuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam baik hutan maupun sektor lainnya," kata Staf Pendamping Komunitas ROA, Lina di Lore Tengah, Poso, Sabtu.
 
Ia mengemukakan, konsorsium ROA terkait program "green livelihood Alliance" bekerja sama dengan Non Timber Forest Programme Exchange Indonesia (NTFP-EP) atas dukungan GLA 2.0 mendorong metode FPAR digunakan sebagai strategi penguatan perempuan adat dan lokal.
 
Tujuannya, untuk memperbesar peran dalam menghadapi berbagai ancaman yang dapat mengganggu keberlanjutan hutan, katanya.

Baca juga: Pengelola Lore Lindu libat warga untuk jaga kawasan

Baca juga: LSM ROA dorong nelayan Banggai bangun ketahanan bahari berkelanjutan

 
"Harapannya mereka terlibat secara aktif dalam berbagai upaya perlindungan maupun pengembangan mata pencaharian alternatif," ujarnya.
 
Ia menjelaskan, bagi perempuan hutan dan lahan tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi memiliki makna yang lebih luas, karena menurut mereka memiliki nilai sosial, budaya dan merupakan bagian dari eksistensi kehidupan perempuan.
 
"Nilai-nilai inilah yang harus dijaga dan dipertahankan," ucap Lena.
 
Ia menambahkan, perempuan di kalangan masyarakat baik di dalam maupun sekitar kawasan hutan mendapatkan separuh pendapatan mereka dari hasil hutan lebih banyak jika dibanding laki-laki.
 
Di perkirakan, pendapatan dari kegiatan di hutan mencapai seperlima dari total pendapatan rumah tangga keluarga yang tinggal di pedesaan dalam dan sekitar hutan.
 
"Walaupun kontribusi laki-laki terlihat lebih besar dari perempuan, namun kaum perempuan terlibat banyak dalam kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok, pengelolaan lahan, dan pengolahan hasil hutan serta kebun," tuturnya.
 
Kepala Desa Bariri Magdalena mengatakan, saatnya perempuan turut terlibat dalam pembangunan di semua sektor supaya perannya juga terlihat dan berkontribusi dalam pembangunan.
 
"Dengan adanya kegiatan FPAR harapan kami dapat membantu perempuan dalam mengidentifikasi persoalan, kebutuhan dan upaya perencanaan, termasuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan daerah lebih maju ke depan,” kata dia.

Baca juga: Pengamat burung minati hutan Taman Nasional Lore Lindu

Baca juga: Balai Besar TNLL siap rehabilitasi 275 hektare hutan

 

Pewarta: Mohamad Ridwan/Kristina Natalia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023