Kigali, Rwanda (ANTARA) - Para menteri pertahanan Afrika Barat tengah menyusun rencana intervensi militer untuk mengembalikan pemerintahan demokratis di Niger, kata seorang pejabat pada Jumat.

Batas waktu tujuh hari yang diberikan kepada pemimpin kudeta agar memulihkan kekuasaan Presiden Mohamed Bazoum hampir habis.

Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) dalam pertemuan darurat  Minggu di Nigeria setelah terjadinya kudeta memerintahkan para pemimpin militer agar memulihkan kekuasaan Presiden Bazoum dalam jangka waktu sepekan.

Jika tidak, ECOWAS akan  "menempuh segala cara", termasuk "penggunaan kekuatan", untuk memulihkan tatanan konstitusional di Niger.

Berbicara pada penutupan pertemuan para menteri pertahanan ECOWAS yang berlangsung tiga di ibukota Nigeria, Abuja, Abdel-Fatau Musah, komisioner ECOWAS bidang politik, perdamaian dan keamanan, menyatakan semua opsi sudah diperhitungkan, kendati opsi diplomatik tetap terbuka.

"Semua elemen yang akan dimasukkan dalam intervensi sudah dituntaskan, yang meliputi waktu, sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana serta kapan mengerahkan pasukan," kata dia.

"Apapun yang dicapai di sini akan dilaporkan secepatnya kepada para kepala negara yang akan mengambil keputusan terakhir mengenai apa yang akan kami lakukan menyangkut situasi di Republik Niger."

Baca juga: Junta militer Niger putuskan hubungan diplomatik dengan empat negara

Pada 2017, ECOWAS menggunakan kekuatan militer untuk memulihkan tatanan konstitusional di Gambia ketika Yahya Jammeh menolak menyerahkan kekuasaan setelah kalah pemilu.

Musah kembali mengeluarkan seruan kepada para pemimpin kudeta Niger agar memberikan kesempatan menciptakan perdamaian dengan segera memulihkan tatanan konstitusional di negara itu.

Nigeria, Senegal, Pantai Gading, dan Benin sudah menyatakan siap mengirimkan pasukan ke Niger jika ECOWAS mendukung keputusan tersebut.

Menteri Pertahanan Nigeria Ibrahim Kana mengatakan Nigeria tetap berkomitmen memulihkan demokrasi di Niger, namun memandang pendekatan diplomatik tetap pilihan terbaik.

Pada Rabu, pemimpin kudeta Jenderal Abdourahamane Tchiani terdengar menantang, dengan mengatakan bahwa junta "tidak akan tunduk kepada ancaman" agar mengembalikan kekuasaan Presiden Bazoum dan "menolak campur tangan apa pun dalam urusan dalam negeri Niger."

Bazoum ditahan oleh pasukan pengamanan Presiden pada 26 Juli dan pada sore hari, militer mengumumkan kekuasaan sudah diambil alih.

Dua hari kemudian, Jenderal Tchiani, komandan pasukan pengamanan presiden Niger, menyatakan diri sebagai kepala pemerintahan transisi.

Baca juga: Junta Niger ancam serang negara ECOWAS jika intervensi secara militer

Sumber: Anadolu

 

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023