Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebutkan fiberisasi menjadi kunci dari implementasi konektivitas 5G bisa berhasil di Indonesia.

Hal itu diungkap Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemenkominfo Ismail yang menyebutkan fiberisasi perlu dilakukan oleh pelaku layanan telekomunikasi sehingga menciptakan konektivitas yang lebih stabil.

"Kalau konektivitas 5G tanpa fiberisasi untuk mengkoneksikan jaringannya dan cuma mengandalkan teknologi microwave link tidak mungkin, kecepatannya tidak akan sampai maka ini yang paling penting adalah fiberisasi," kata Ismail dalam acara bertajuk "Imagine Live - Unlock the Future of 5G" di Jakarta, Selasa.

Fiberisasi secara sederhana ialah penggelaran jaringan infrastruktur digital yang mengandalkan kabel fiber optik.

Baca juga: Mitratel dan Alita kolaborasi perkuat infrastruktur ekosistem digital

Konektivitas digital yang berbasis fiber optik memiliki teknologi transmisi sinyal kabel dengan tingkat keamanan tinggi, kualitas terbaik dan bebas karat sehingga peruntukannya memang untuk rencana jangka panjang.

Menurut Ismail, fiberisasi bisa memoderenisasi konektivitas digital namun membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga ini cukup menjadi tantangan bagi para pelaku operator telekomunikasi melakukan implementasi konektivitas 5G merata di Indonesia.

Selain fiberisasi, dalam menciptakan konektivitas 5G di Indonesia Ismail mengatakan masih ada tantangan lain yang harus dihadapi yaitu soal pemenuhan spektrum frekuensi.

Saat ini Kemenkominfo sebagai Kementerian yang bertanggung jawab mengatur penggunaan spektrum frekuensi masih menunggu waktu yang tepat agar spektrum frekuensi yang tersedia bisa terserap dengan baik.

"Dibutuhkan waktu yang tepat untuk merilis spektrum frekuensi, apabila sembarang dirilis dan ternyata harganya tidak rasional maka akan sulit juga untuk diserap oleh para operator telekomunikasi," ujar dia.

Baca juga: XL Axiata uji coba teknologi 5G dan gencarkan fiberisasi jaringan

Maka dari itu pihaknya masih menyiapkan penataan spektrum frekuensi yang tepat, terdekat yaitu terkait frekuensi jalur pita emas 700 Mhz yang akan bisa dimanfaatkan usai penyelenggaraan program migrasi siaran TV analog ke TV digital atau "Analog Switch Off" selesai dilakukan.

"Harga spektrum ini harus bisa dikontrol, harus ada biaya spektrum frekuensi yang optimum dan ini kita proses ya dan mungkin dirilis dalam beberapa bulan ke depan," kata Ismail.

Hingga 2021 teknologi 4G menjadi layanan konektivitas digital yang paling banyak digunakan.

Hal itu berdasarkan data Kemenkominfo yang mencatat sebanyak 96 persen perangkat di Indonesia sudah menggunakan teknologi 4G dan sisanya berbasis 2G dan 3G.

Harapannya apabila fiberisasi dan penataan spektrum frekuensi optimal maka adopsi konektivitas 5G bisa terwujud.

Baca juga: Kominfo sebut penggelaran fiber optik secara luas kunci 5G stabil

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023