Tokyo (ANTARA) - Nilai tukar mata uang dolar AS melemah di sesi Asia pada Rabu sore, karena kenaikan ekuitas berjangka Eropa menunjukkan selera risiko meningkat meskipun ada tanda-tanda baru dari kesulitan ekonomi China.

Penjualan dolar oleh bank-bank China membantu yuan bangkit dari level terendah satu bulan bahkan ketika negara itu tergelincir ke dalam deflasi, kata para dealer.

Penetapan nilai tukar yuan oleh bank sentral China yang lebih kuat dari perkiraan pada 7,1588 per dolar sebelum pembukaan menandakan ketidaknyamanannya dengan penurunan yuan baru-baru ini.

Langkah itu juga mendukung dolar Australia dan Selandia Baru, yang naik dari posisi terendah multi-bulan.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap euro, sterling dan empat mata uang utama lainnya, turun 0,15 persen menjadi 102,37 pada sore di Asia, memangkas beberapa kenaikan 0,47 persen dari sesi sebelumnya.

Euro bertambah 0,2 persen menjadi 1,09745 dolar, sementara sterling naik 0,14 persen menjadi 1,2766 dolar.

Indeks EURO STOXX 50 berjangka pan-Eropa menunjuk ke kenaikan 0,9 persen, menyusul penurunan lebih dari 1,0 persen pada Selasa (8/8/2023) karena saham-saham bank dijual setelah Italia secara tak terduga mengumumkan pajak rejeki nomplok 40 persen pada bank. Kementerian keuangan Italia mengeluarkan pedoman Selasa (8/8/2023) malam yang membatasi pajak sebesar 0,1 persen dari total aset.

Dolar melemah bahkan ketika ekonomi China menawarkan alasan baru untuk khawatir tentang pertumbuhan global, karena data menunjukkan harga konsumen jatuh untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun pada Juli.

"Masih belum ada tanda-tanda dari pejabat tentang dukungan segera" untuk ekonomi China, meskipun "semacam protes terhadap kenaikan nilai tukar dolar-yuan baru-baru ini" tersirat dalam penetapan yuan yang kuat, kata Ray Attrill, kepala strategi valuta asing di National Australia Bank.

Akibatnya, indeks dolar akan tetap "didukung dengan cukup baik" di atas 102, meskipun kemungkinan batas atas jangka pendek adalah 103, kata Attrill.

Dolar Aussie menambahkan 0,13 persen menjadi 0,6553 per dolar AS, setelah turun pada Selasa (8/8/2023) ke level terendah sejak 1 Juni di 0,6497 dolar AS.

Kiwi Selandia Baru naik 0,16 persen menjadi 0,6074 dolar AS, rebound dari level terendah dua bulan sesi sebelumnya di 0,6035 dolar AS.

Data inflasi AS akan dirilis Kamis (10/8/2023) dan tampak ditunggu pasar yang haus akan petunjuk tentang jalur kebijakan Federal Reserve.

Ada lebih banyak sinyal dovish dari pejabat Fed semalam, dengan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyatakan suku bunga sudah cukup tinggi, menggemakan pandangan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic.

Pesannya jauh dari seragam, dengan Gubernur Fed Michelle Bowman yang mengatakan pada Senin (7/8/2023) bahwa kemungkinan kenaikan lebih lanjut.

"Kami mulai mendapatkan komentar yang lebih dovish dari pejabat Fed, dan Anda mulai berpikir, oke, pemikiran tersebut benar-benar mulai bergeser," kata Bart Wakabayashi, manajer cabang Tokyo pada State Street Bank and Trust.

"Saya tidak tahu apakah ini titik balik, tapi itu benar-benar melempar putaran untuk pertemuan berikutnya."

Pedagang pasar uang masih sangat menyukai kenaikan suku bunga seperempat poin pada pertemuan kebijakan berikutnya pada September, dengan peluang sebesar 86,5 persen.


Baca juga: Dolar menguat setelah Moody's memangkas peringkat beberapa bank AS
Baca juga: Yuan merosot 23 basis poin menjadi 7,1588 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023