Kami bersama International Organization for Migration/IOM langsung mengumpulkan imigran asal Myanmar agar bentrokan di Medan tidak meluas ke Tanjungpinang,"
Tanjungpinang (ANTARA News) - Rumah Detensi Imigrasi Pusat Tanjungpinang Kepulauan Riau langsung melakukan langkah antisipasi agar tidak lagi terjadi bentrokan sesama imigran asal Myanmar menyusul terjadinya bentrokan di Rumah Detensi Imigrasi Medan yang menyebabkan delapan orang tewas.

"Kami bersama International Organization for Migration/IOM langsung mengumpulkan imigran asal Myanmar agar bentrokan di Medan tidak meluas ke Tanjungpinang," kata Kepala Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pusat Tanjungpinang, Surya Pranata di Tanjungpinang, Jumat.

Surya mengatakan, pihaknya bersama IOM langsung memberikan pengarahan kepada para imigran Myanmar yang berasal dari kelompok Muslim Rohingya dan kelompok imigran lain asal Myanmar, agar yang terjadi di Medan tidak sampai menular ke Rudenim Pusat Tanjungpinang.

"Pengarahan diberikan terpisah, karena memang mereka sudah dipisahkan sejak awal di Rudenim Pusat Tanjungpinang," kata Surya.

Menurut Surya, jumlah imigran asal Myanmar di Rudenim Pusat Tanjungpinang sebanyak 82 orang, yang terdiri atas 57 orang Muslim Rohingya dan sisanya dari kelompok lain.

Surya juga menghimbau kepada para imigran asal Myanmar tersebut agar saling hormat menghormati dan tidak menyinggung perasaan imigran lain, serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM).

"Mereka memahaminya dan berjanji tidak akan terpengaruh oleh bentrokan di Rudenim Medan," kata Surya.

Saat ini, Rudenim Pusat Tanjungpinang dihuni oleh 327 warga asing yang terdiri dari 299 imigran dan 20 orang para pelaku pelanggar keimigrasian atau mereka yang telah menjalani masa hukuman di Indonesia sebelum dideportasi ke negara asalnya.

Mereka berasal dari Afghanistan sebanyak 135 orang, Myanmar 82 orang, Sri Lanka 79 orang, Vietnam 13 orang, Bangladesh sembilan orang, Pakistan tiga orang, Palestina tiga orang, Irak satu orang, Malaysia satu orang dan dari Thailand satu orang.

Pewarta: Henky Mohari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013