Kami perlu dukungan internasional. UNESCO ada di Paris, khusus air dan bencana, kami ingin pusatnya di Indonesia
Badung, Bali (ANTARA) - Indonesia membidik sebagai pusat dunia soal air dan kebencanaan melalui Forum Air Dunia (WWF) Ke-10 yang dihadiri delegasi dari 172 negara di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, 18-24 Mei 2024.

“Kami perlu dukungan internasional. UNESCO ada di Paris, khusus air dan bencana, kami ingin pusatnya di Indonesia,” kata Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Ekonomi dan Investasi Dadang Rukmana di sela media briefing terkait pelaksanaan WWF Ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.

Adapun faktor yang mendukung pusat dunia itu di Tanah Air, lanjut dia, karena Indonesia memiliki pengalaman soal air yang berkaitan dengan kebencanaan di antaranya tsunami, banjir dan kekeringan.

Persoalan air dan kebencanaan itu, kata dia, disebabkan sejumlah hal mulai dari ulah manusia, wilayah tangkapan air yang terganggu hingga perubahan iklim.

“Itu bukan berarti kami sudah advance menawarkan sesuatu sudah maju ke negara lain tapi ingin memiliki wadah di Indonesia, tempat orang belajar bersama, laboratorium bersama,” katanya.

Indonesia, kata dia, terpilih sebagai tuan rumah WWF Ke-10 mengalahkan kandidat lain yakni Italia pada pertemuan WWF Ke-9 di Dakar, Senegal, yang rencananya pada 2024 diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).

Baca juga: Jokowi: Konservasi air hingga mitigasi bencana jadi isu prioritas WWF

Baca juga: Luhut: Indonesia fokus usung kerja sama konkret di WWF ke-10 2024


Pertemuan dunia yang diadakan tiga tahun sekali itu memiliki misi menyediakan wadah diskusi dan berbagi pengalaman, aksi inovatif dan kreatif mengatasi masalah terkait air dan menciptakan ide konkrit dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.

Dadang menambahkan tema besar dari pertemuan yang diperkirakan dihadiri sekitar 100 ribu delegasi tersebut yakni air untuk kesejahteraan bersama dan dibagi dalam enam topik pembahasan.

Topik tersebut yakni terkait keamanan air, air untuk manusia dan alam, pengurangan risiko bencana, kerja sama dan diplomasi air, pembiayaan infrastruktur air berkelanjutan yang kreatif tanpa mengandalkan anggaran negara serta ilmu pengetahuan dan inovasi.

Masing-masing topik tersebut diselenggarakan oleh lembaga nasional dan internasional berbeda dan dari Indonesia diwakili oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian PUPR.

Kearifan lokal terkait sistem irigasi pertanian dari Bali yakni Subak juga akan ditekankan dalam WWF Ke-10.

Rencananya, Kementerian PUPR juga akan membangun museum air yang menampilkan kearifan lokal Indonesia dan teknologi terkait pengelolaan air di kawasan pertanian Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali.

Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo Usman Kansong dalam kesempatan yang sama menjelaskan WWF di Bali selain dihadiri delegasi dan komunitas air, juga diperkirakan dihadiri oleh sekitar 2.000 wartawan dari seluruh dunia.

“Registrasi awal tahun dan kami akan sampaikan lagi melalui worldwaterdorum.org. Kami sudah siap dengan websitenya,” ucapnya.

Baca juga: Forum Air Dunia Ke-10 digelar di Bali tahun 2024

Baca juga: RI bakal usung isu pengelolaan air di WWF 2024, atasi krisis pangan


 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023